Monday, November 10, 2025
More

    Persepsi kami Dayak merawat dan menjaga alam itu penting

    Wawancara tim JPIC-Bruder MTB

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Persepsi kami Dayak merawat dan menjaga alam itu penting karena ia bagian dari hidup.

    Kami sangat anti mereka yang merusak alam terutama di sekitar tempat tinggal masyarakat. Masyarakat Dayak mengikat dirinya dengan adat, sehingga selalu menjaga lingkungannya dan tetap bersahabat dengannya. Berkaitan dengan membuka lahan (ladang), kami sangat terikat dengan adat-budaya.

    Dalam membuka ladang, kami sangat berhati-hati, sehingga tidak menimbulkan kebakaran. Masyarakat adat tidak berdaya terkait dengan pembukaan lahan berskala besar dan pertambangan baik legal maupun ilegal serta perkebunan.

    Baca Artikel Sebelumnya: Persepsi Masyarakat Adat dan Kapitalis terhadap Alam

    Berhadapan dengan big power, masyarakat adat berharap pemerintah baik daerah maupun pusat dapat membantunya. Masyarakat menolak bila membuka lahan yang luas, pertambangan, perkebunan hanya untuk kepentingan-keuntungan pribadi atau golongan.

    Zaman Globalisasi

    Dewasa ini lahan menjadi konflik horizontal-veritakal. Menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat adat tetap mempertahankan, menjaga dan memelihara, tetapi kalah dengan big power (kapitalis).

    Apalagi di zaman globalisasi ini usaha mempertahankan itu diakhiri dengan kekerasan. Perkebunan, perusahaan, pertambang boleh masuk menggarap lahan asalkan sesuai dengan prosedur dan tidak merusak alam, ungkap ketua DAD.

    Usaha tersebut untuk kepentingan dan keuntungan (kesejahteraan dan kemakmuran) bersama tentu masyarakat adat pasti menerima, tetapi bila untuk keuntungan pribadi jelas kami menolaknya.

    Masyarakat adat tetap menolak kegiatan yang sifatnya merusak alam, kami berprinsip bahwa siapa saja boleh membuka usaha di lahan yang ada, tetapi janganlah merusak alam, tegas ketua DAD.

    Fokus ke SDM

    Untuk ke depan ketua DAD memberi fokus perhatian pada sumber daya manusia (SDM) dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan keamanan. Untuk bidang ekonomi, ketua DAD mendorong agar tercipta ekonomi kreatif yang berciri ekonomi ekologis.

    Di samping itu, ketua DAD tetap berkewajiban melindungi-mengawal masyarakat kampung dalam berladang karena itu merupakan warisan nenek moyang dahulu.

    Pengaruh arus globalisasi dan peran big power, tidak terelakkan, sehingga ketua DAD tetap bekerja sama dengan masyarakat setempat, berkolaborasi dengan pemerintah berkewajiban melindungi masyarakat yang masih berladang.

    Baca juga: JPIC: Organisasi Peduli Semesta

    Ketua DAD juga terus berpikir dan berkoordinasi untuk pendidikan generasi muda dalam bidang budaya-kearifan lokal dan lingkungan hidup (alam) agar tetap berkelanjutan.

    Senada dengan itu, Bapak Yanto di Desa Pengadang Kec. Sekayam Kab. Sanggau -Kalbar yang diwawancarai oleh Gordianus G, S. Ag. mengatakan demikian juga.

    Bahwa leluhur masyarakat Dayak memiliki kearifan lokal dalam berelasi dengan alam. Tradisi-budaya tersebut diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

    Prilaku yang mendatangkan Krisis

    Dalam berelasi dengan alam semesta (hutan, tanah, sungai dan binatang), kami memandang alam merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan hidup. Maka kami menghormati, menghargainya dan menjaga-merawatnya.

    Namun, sungguh ironis di zaman sekarang ini manusia tidak lagi memikirkan sebab-akibat dari perbuatannya.

    Sebagai contoh manusia menebang pohon-pohon di hutan, membuka lahan perkebunan berskala besar (kelapa sawit), menambang emas secara legal atau ilegal di sungai, dan sebagainya, sehingga terjadi banjir dan merusak serapan air dalam tanah serta mencemarkan air, tanah, udara bagi warga di sekitarnya.

    Selain itu, orang zaman sekarang lebih suka membuang sampah organik dan anorganik, menggunakan pupuk dan pestisida yang kimia, dan limbah industry, sehingga menjadi polusi lingkungan hidup. Perilaku tersebut mendatangkan krisis bagi lingkungan hidup dan muncul wabah penyakit Covid-19 seperti yang kita alami.

    Baca juga: JPIC (Justice Peace And Integrity Of Creation)

    Lanjut Bapak Yanto, bahwa perilaku tersebut sangat bertentangan dengan tradisi-budaya warisan leluhur dan hati nurani. Lingkungan hidup kita sudah rusak, sehingga perlu disembuhkan dan dipulihkan oleh manusia.

    Tanpa terkecuali kita semua mulai bergerak menanam pohon, tidak membuang sampah ke sungai, menjaga dan mempertahankan lahan yang ada supaya tidak dibuka berskala besar lagi, tidak menggunakan bahan-bahan kimia seperti pupuk-pestisida kimia, dan sebagainya yang mana merusak lingkungan hidup.

    “Jika ingin hidup sehat, jagalah kebersihan lingkungan hidup, jika mau alam tetap indah dan lestari jangan menebang pohon dan membuka lahan berskala besar.

    Jika hendak bebas dari Covid-19 gunakan masker, cuci tangan dan jaga jarak-jauh dari kerumunan massa”, demikian pesan Bapak Yanto. Selain itu, dalam menjaga dan merawat lingkungan hidup, perlu ada proses penyadaran dan pendidkan kepada generasi muda zaman milenial ini. Pendidikan perlu mendekatkan mereka dengan lingkungan hidup sesuai dengan kearifan lokal.

    Sejak dini mereka perlu ditanamkan dan dibakali bahwa hidup kita sangat tergantung dan membutuhkan alam sesuai dengan kearifan lokal (adat-budaya Dayak).

    Masyarakat adat bertugas menjaga keharmonisan alam

    Sebagian besar masyarakat adat di setiap tempat memiliki nilai hidup organik, kearifan lokal dalam menjaga biodiversity (keanekaragaman hayati), memiliki perilaku konservasi (menjaga lingkungan secara berkelanjutan) sudah mengakar dan diturunkan dari generasi ke generasi dalam berelasi-berhubungan dengan alam.

    Lingkungan hidup telah membentuk budaya yang kompleks dan menjadi sistem keyakinan masyarakat adat. Perilaku masyarakat adat dalam mengelola lingkungan hidup masih mentaati aturan adat-budaya.

    Sebagai hukum, adat mengatur etika dalam pengelolaan lahan, pemanfaatan hutan dan sungai.

    Hal ini menjadi dasar atas pemikiran, persepsi dan sikap yang diwariskan sepanjang generasi. Masyarakat adat bertugas menjaga keharmonisan alam, dengan cara menghormati dan bertanggung jawab atas hewan dan tanaman (biosfer) di lingkungan hutan.

    Baca juga: Persaudaraan Kontradus OFS Pontianak: Fransiskan Ada Jalan Hidup

    Peralihan dari masyarakat agraris ke industri dan masuk zaman modern (globalisasi-teknologi) dapat menggeser relasi manusia dengan lingkungan hidup. Masyarakat kampung dihadapkan kepada pendatang baru yang bekerja di perkebunan, perkayuan dan pertambangan.

    Perubahan budaya dan sistem tradisional-modern sungguh berdampak pada cara berelasi dan memperlakukan alam sebagai sumber kehidupan.

    Agar pemberdayaan potensi masyarakat adat tetap memperhatikan nilai budaya (kearifan lokal), kesejahteraan, kemerdekaan akses atas hak masyarakat indigenous dalam menentukan (self-determine) model bagi komunitas mereka sendiri.

    Perilaku Ekologis

    Hal ini diperlukan ada perlindungan tata hukum lokal (adat) dan pranata berfungsi dalam mengatur perilaku masyarakat sebagai penguat dan pengontrol perilaku ekologis.

    Tanpa alam semesta kita manusia tidak akan hidup, artinya kita membutuhkan alam, sedangkan alam tidak membutuhkan manusia.

    Maka kita memerlukan persepsi yang sama atas alam-lingkungan hidup yang menyediakan kebutuhan bagi manusia baik masyarakat adat maupun kapitalis, sehingga tidak menimbulkan konflik.

    Paling tidak persepsi yang dibangun bukan lagi eksploitasi yang merusak yang menuju kepunahan melainkan konservasi yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab. Dengan demikian, kita semua dipanggil untuk menyembuhkan dan memulihkan ibu bumi rumah kita yang sedang sakit (krisis) ini.

    Selesai…

    Related Articles

    spot_img
    spot_img

    Latest Articles