Tuesday, December 5, 2023
More

    Ke-satu-an

    Oleh: Samuel-Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak

    MajalahDUTA.Com, Pontianak/Suara DUTA- Mungkin manusia merasa heran dan bertanya, apa yang ada di dunia saat ini hanya bersifat fana dan baka. Dalam tulisan tentang “Kristogenesis” yang ditulis oleh Adelbert Snijders OFMCap dikutib dari buku Antropologi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan (2004:202) dituliskan bahwa umat manusia berada dalam proses “amorisasi” menuju kesatuan baru.

    Dalam karangan-karangan ilmiah arah evolusi disebut oleh Teilhard yang dikatakan sebagai “menuju titik Omega”. Jika evolusi dilihat dari sudut imannya maka proses ini disebut “Kristogenesis”.

    Baca juga: Unik, Cara Hidup dan Pandangan Filosofis Teladan Fransiskan: Berbagi dalam Temu OFS Regio Kalimantan (Pontianak)

    Dalam uraian tersebut menjelaskan antara iman dan ilmu tidak bertentangan, justru sangat harmonis. Titik Omega yang secara kabur dapat digambarkan atas dasar hukum evolusi mendapat wajah konkretnya berkat Wahyu.

    Dalam Kristus, umat Allah membangun persaudaraan yang baru dan umat dipanggil untuk menjadi satu Tubuh yakni Tubuh Mistik Kristus.

    Dalam setiap penerbitan edisi buku Verbum Veritatis, tim penyusun mau mengajak pembaca dan pengguna buku untuk menyadari secara konsisten hidup kontemplasi dengan menumbuhkan buah ketulusan, menghargai dan rasa hormat di kenyataan hidup bermasyarakat.

    Baca juga: Percaya itu, tak sekedar Yakin – (dengan huruf besar P & Y)

    Sebagai umat Allah, doa saja tidaklah cukup untuk menjadi tolak ukur perubahan konkret di tengah masyarakat, maka dari itu dibutuhkan ketiga hal tadi yakni ketulusan, menghargai dan rasa hormat yang menjadi kesatuan yang tanpa batas.

    Dalam ajaran sosial Gereja Katolik adapula membahas tentang kebutuhan teologis-moral. Ajaran sosial Gereja terbingkai dalam suatu “kebutuhan teologis Gereja”, yang maksudnya dalam menanggapi persoalan sosial Gereja menyampaikan pandangan serta ajarannya yang bersumber pada wahyu dan tradisi. Meskipun, sebagai kegiatan magisterial, ajaran sosial Gereja adalah bagian dari pelayanan pastoral.

    Di lain sisi ajaran sosial Gereja adalah bentuk pelayanan pastoral Gereja kepada dunia, walaupun dalam struktur isinya terkandung pandangan teologis-moral.

    Dalam Ajaran sosial Gereja kita menemukan: (1). suatu refleksi teologis, yang merupakan paduan dari iman dan pengetahuan manusia. (2) Ajaran moral yang mengacu kepada nilai universal, (3) Sehingga ajaran sosial gereja termasuk ke dalam teologi moral, tepatnya moral sosial.

    Dari sana ada korelasi antara “ilmu mendukung agama dan agama mendukung ilmu,” sehingga mereka tidak lagi asing satu sama lain. Kristus adalah Pusat dan Sentrum seluruh alam semesta. Di dalam umat manusia ada satu dinamisme yang terarah kepada suatu kesatuan yang terus maju dan tanpa batas. Ini juga yang didoakan oleh Yesus, “Semoga mereka bersatu seperti Aku di dalam Engkau, ya Bapa dan Engkau di dalam Aku” (Yoh 17:21). Kemudian semangkin jelas pula bahwa dalam Kristus adalah pusat dari kesatuan tanpa batas.

    Sejalan dengan itu St. Thomas Aquinas menjelaskan bahwa pada dasarnya semua nafsu adalah baik. Yang manjadikan wujud kejahatan pada nafsu-nafsu tersebut adalah ketika nafsu-nafsu tersebut melanggar wilayah masing-masing dantidak mendukung akal serta kehendak.

    Baca juga: Paus berdoa untuk perdamaian antara Azerbaijan dan Armenia

    Menurut St. Thomas Aquinas kejahatan selalu ada selama kebaikan masih ada. Nafsu dapat dikendalikan melalui akal yang merupakan pencerminan dari akal Illahi, akal yang mendasari kehidupan yang berpijak dan beriman kepada Allah sehingga akal tersebut dapat menghasilkan kebajikan.

    Begitu pula ajaran Konfusianisme tentang ketulusan yang mengajarkan hal serupa. Ajaran tersebut menjelaskan bahwa  ketulusan yang merupakan salah satu keluhuran tertinggi dari para ksatria kuno dan sama halnya yang terjadi pada para ahli beladiri.

    Menurut Konfusianisme jalan menuju ketulusan dalam pikiran dan tindakan dapat ditemukan dengan melakukan segala hal dengan sepenuh hati, menyatu, tidak tanggung-tanggung. Kemudian dengan ini maka tertujulah pada kekuatan dahsyat dan fokus terhadap ketulusan yang menuju ketaatan dan keterlibatan sepenuh hati.

    Seperti wangi harum yang keluar dari bunga yang eksotik, hendaknya sikap Ketulusan, Menghargai dan Rasa Hormat yang merupakan Kesatuan Tanpa Batas dalam Kristus haruslah menjadi keutamaan hidup.- “Ketulusan, Menghargai dan Rasa Hormat adalah Kesatuan Tanpa Batas” – Semoga!!!

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles