Saturday, December 9, 2023
More

    Terinspirasi Dengan Romo Prennthaler

    Oleh: Fr. Fransesco Agnes Ranubaya- Calon Imam Diosesan Keuskupan Ketapang

    MajalahDUTA.Com, Suara DUTA- Romo Prennthaler adalah sosok yang sangat penting dalam perkembangan Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Beliau adalah misionaris Jesuit yang dengan segenap pikiran dan tenaga berupaya keras membangun misi di Pegunungan Menoreh. Beliau memperhatikan rakyat Bukit Menoreh dengan kasih baik di bidang kesehatan, pendidikan hingga kesejahteraan rakyat.

    Untuk merintis karya misi, beliau harus mengorbankan banyak hal, waktu, tenaga, pikiran, dan terkadang harus menghadapi tantangan dari pihak-pihak radikal. Karena merupakan karya Roh Kudus, apapun usaha yang menghalangi takkan berhasil mematahkan rencana ilahi.

    Baca juga: Membagikan Tubuh Kristus

    Hingga saat ini karya misi Romo Prennthaler abadi dan umat di Paroki Boro berkembang menjadi umat yang militan dan setia dalam imannya. Saya mulai membaca buku-buku mengenai beliau yang ada di Paroki, membedah sedikit demi sedikit dan menguraikannya menjadi artikel kecil di sebuah situas artikel Katolik.

    Karya Romo Prennthaler ini, menurut hemat saya perlu diketahui oleh banyak orang supaya semangat misi terus digaungkan.

    Umat yang membacanya terinspirasi untuk membangun lingkungannya masing-masing dengan menggali inspirasi serupa dari Romo Prennthaler ini. Masih sedikit media online yang memperkenalkan seluk beluk Paroki Boro dari telaah sejarah. Saya hanya membantu sedikit dari banyak tulisan-tulisan yang ada agar tidak lekang oleh waktu.

    Jangan sampai umat sendiri melupakan sejarah, dalam situasi yang damai terlena pada waktu dan tergerus oleh arus zaman. Dengan catatan sejarah ini, memantik kembali semangat umat yang mungkin mulai redup. Atau bahkan menjadi pengingat bagi siapa saja bahwa karya Tuhan tidak akan mengalami gesekan waktu.

    Seni Slaka

    Hal yang unik dari Paroki Boro adalah inkulturasi yang luar biasa menurut saya antara budaya Islam Salawat sebagai sarana pewartaan umat Katolik. Seni ini disebut sebagai Seni Slaka (Selawatan Katolik).

    Seni Slaka ini merupakan kisah yang ada dalam Kitab Suci yang dinyanyikan menggunakan alat-alat musik Salawat Islam pada umumnya seperti tamborin, rebana dan gendang. Seni Slaka ini didendangkan bersama-sama secara harmoni dalam iringan musik dan juga tepuk tangan.

    Seni Slaka ini biasanya dilaksanakan setiap Malam Jumat Kliwon berdasarkan penanggalan Jawa di Makam Romo Prennthaler.

    Maka dari itu, Seni Slaka ini sangat unik dan perlu sekali untuk dilestarikan. Saya sendiri sangat takjub dan kagum karena keunikan inkulturasi ini. Saya menyaksikan secara langsung seni Slaka tersebut hingga akhir.

    Baca juga: Putra Dayak Ketapang Live In di Paroki St. Theresia Lisieux Boro

    Seni Slaka ini mirip sekali dengan acara gendang yang ada di Kalimantan khususnya Ketapang. Saya sempat terpikir, apakah Nyagahan ala orang Dayak juga bisa diinkulturasikan seperti Seni Slaka ini.

    Nyagahan artinya memanjatkan doa dari para tetua adat dengan menggunakan bahasa Dayak tentunya.

    Seperti Salawat yang berisi doa-doa dalam Alquran, Seni Slaka berisi kisah-kisah dalam Alkitab. Menurut saya, tradisi Nyagahan tersebut juga tidak mustahil diadopsi dengan mendendangkan kisah-kisah dalam Alkitab dan dinyanyikan dengan iringan gendang, kulinang dan gong.

    Sekilas itu hanya pikiran saja, tetapi tidak mustahil dilakukan untuk menumbuhkan iman umat di daerah kami.

    Seni Slaka ini sungguh memiliki daya tarik iman yang kuat di kalangan masyarakat Jawa yang ada di Paroki Boro. Budaya-budaya seperti ini sangat perlu dilestarikan karena selain menumbuhkan iman umat, itu juga dapat menjadi kekayaan tradisi Gereja Katolik lokal yang berdaya seni, religi dan sekaligus kultural.

    Opet dan Coki

    Di Pastoran Boro, ada dua ekor sahabat setia yang bernama Opet dan Coki. Mereka adalah dua ekor anjing penjaga yang selalu setia menjaga pastoran agar tetap aman. Saya menulis tentang mereka berdua ini sebagai bahan refleksi, karena saya menemukan hal menarik yang patut untuk saya renungi.

    Untuk Coki, mungkin agak tidak terlalu sulit untuk didekati karena mudah akrab dengan siapa saja. Kebalikannya, si Opet ini sulit untuk mendekati orang baru. Jadi selama berminggu-minggu saya berusaha untuk mendekati si Opet ini.

    Baca juga: Kapitel Ordo Fransiskan Sekular Regio Kalimantan

    Saya bertanya-tanya kepada Mbok Hendrik dan Mas Dani mengenai perilaku si Opet ini. Dan memang, Opet sulit untuk didekati bahkan ketika saya hendak memberikan makanan. Di ujung akhir live in, saya selalu bermain dan mengelus-elus Coki, induk dari Opet ini.

    Mungkin karena ingin diajak main juga, entah kenapa tiba-tiba Opet rebahan di depan saya sama seperti Coki yang rebahan karena minta dielus. Karena sama-sama rebahan, saya elus kedua-duanya dan Opet mau juga dipegang dan dielus.

    Di hari berikutnya, walau agak waspada, Opet akhirnya mau mendekat dan dielus juga. Opet ini membuat saya merenung sejenak, apakah ada yang salah dari saya pribadi.

    Ternyata tidak! Opet sebagai seekor anjing memiliki kemampuan untuk waspada pada orang baru. Awalnya saya ingin menyerah saja, sampai di akhir live in saya tidak dapat menyentuh anjing tersebut. Tetapi pada akhirnya bisa juga dan bahkan menjadi sangat akrab.

    Seperti seekor anjing, tidak sedikit orang perlu waktu untuk mengenal dan beradaptasi. Sikap waspada memang dianjurkan bahkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Dengan waspada, kita mempelajari gerak-gerik, situasi, kondisi, perubahan, tindak tanduk dan karakter. Waspada juga berarti siap menghadapi situasi yang tak terduga.

    Jadi, secara tidak langsung Opet mengajarkan kepada saya bahwa sikap waspada itu perlu agar tidak mudah terseret arus dan menjadi adaptif seperti Coki juga penting agar mudah memperoleh teman yang banyak.

    Sikap waspada dan adaptif merupakan hal yang bersinergi, karena dalam dunia kerja dan pelayanan, setiap orang diminta untuk mampu bekerja sama, ulet, tekun, terampil dan teliti yang sederhananya diwujudkan dalam sikap waspaada dan adaptif tersebut.

    Camping Rohani

    Camping rohani di sini diselenggarakan secara mandiri oleh teman-teman Putra-putri Altar Samigaluh.

    Mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan, saya bersama Fr. Egi turut serta bersama-sama teman-teman panitia. Menurut saya pribadi, mereka ini adalah pribadi-pribadi yang hebat. Alasannya adalah kemandirian dan sikap berani untuk mengadakan kegiatan yang selama ini belum pernah dilaksanakan.

    Mereka paham betul persiapan yang harus dilakukan. Sementara saya hanya memberikan semacam gambaran besar dan mereka mewujudkannya dalam sebuah round down yang sangat rapi.

    Saya dalam hal ini tidak ada apa-apanya dibandingkan teman-teman misdinar yang bertahun-tahun melayani altar. Namun sekali lagi, melalui mereka saya belajar dan juga berbagi pengalaman sehingga memperkaya.

    Inti acara camping rohani adalah berbagi pengalaman antara satu dengan yang lain. Saya tidak menggurui dan justru memberikan keleluasaan pada setiap pribadi untuk saling memotivasi.

    Baca juga: Sebuah Kapel Kecil yang Sederhana

    Sisanya adalah keceriaan bersama yang dipadukan dalam beberapa permainan outdoor. Permainan-permaiann tersebut diadaptasi dari beberapa kegiatan retret yang pernah saya lalui sewaktu masih awam dahulu.

    Camping rohani bagi saya bukan sekedar ajang untuk senang-senang belaka melainkan situasi untuk merenung, bertolak sejenak dari hiruk pikuk dunia dan menyatu dengan alam serta ketenangannya. Sebagai pelayan altar, kekuatan kita tidak lain adalah doa.

    Maka, camping rohani tentu saja berbeda dengan camping gunung yang hanya menghindari keramaian belaka. Di dalam camping rohani, setiap pribadi tetap menjadi dirinya sendiri dan mengalami perenungan baik disadari atau tidak.

    Segala macam penyegaran rohani tersebut tertanam dalam pikiran bawah sadar sebagai suatu energi positif untuk melangkah ke depan. Sementara permainan-permainan menjadi sarana pemantik semangat yang mengandung makna mendalam di antaranya kerja sama, kekompakan, saling percaya, pengertian, teliti dan lain sebagainya.

    Bersambung, Lanjut Part 5…

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles