Tuesday, December 5, 2023
More

    PTM Dilaksanakan, Warga SMAK Frateran Menyambut Antusias

    Oleh: Fr. Fransesco Agnes Ranubaya, Pr. - Calon Imam Diosesan Keuskupan Ketapang

    MajalahDUTA.com, Malang – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sudah mulai dilaksanakan oleh sekolah-sekolah termasuk di wilayah Kota Malang. Bagi siswa, pembelajaran tatap muka bisa dikatakan sebagai kerinduan. Karena selama beberapa tahun ini, siswa harus merasakan pembelajaran daring yang dirasa kurang efektif. Oleh karena itu, wacana pemerintah untuk sekolah dalam pelaksanaan PTM disambut gembira oleh sekolah dan juga para siswa.

    SMAK Frateran yang berada di wilayah Oro-orodowo Kecamatan Klojen juga telah mengizinkan para siswa untuk melaksanakan pembelajaran di sekolah secara offline dan hal tersebut disambut dengan antuasias. Meskipun demikian, selama di sekolah para siswa tetap mengenakan masker dalam melaksanakan aktivitasnya.

    Bahkan pelaksanaan proyek pembelajaran, entah itu di lapangan maupun di kelas, para pendidik dan siswa tetap konsisten melaksanakan protokol kesehatan. Hal ini menarik perhatian para frater diosesan yang akan melaksanakan pastoral mengajar untuk mengetahui sejauh mana PTM berdampak langsung bagi para siswa.

    Sejak tanggal 18 Juli 2022, SMAK Frateran sudah menerapkan pembelajaran secara penuh atau menerapkan Pembelajaran Tatap Muka. Ironisnya, sejak dua tahun yang lalu pembelajaran secara online dinilai kurang memuaskan bagi orang tua dan para siswa. Menurut Frater Albertus Sukatno, S.Ag., kepala SMAK Frateran, para siswa mengalami Learning Loss yang berdampak pada saat siswa masuk pertama kali untuk mengenal lingkungan sekolah (MPLS).

    Baca Juga: Misa Requem RD. Blasius Blino, Pastor Vikaris Paroki MRPD Pontianak

    Untuk kelas XI dan XII contohnya,  saat berjumpa dengan teman-temannya di sekolah, masih ragu-ragu dan juga merasa kaku. Bahkan saat berjumpa dengan bapak ibu guru, siswa lebih sering merasa asing kepada para guru sekalipun sering berjumpa di ruang maya melalui hybrid learning yang diterapkan di sekolah.

    Pembelajaran hybrid learning masih dirasakan para siswa sebagai keadaan yang belum aman dan nyaman. Apalagi ketika bertemu tatap muka secara tatap nyata. Oleh karena itu, tugas sekolah adalah mengembalikan kesadaran para siswa yang terjebak dari dunia maya ke dunia nyata melalui pembelajaran secara tatap muka.

    Fr. Albertus, selaku Kepala Sekolah, dalam wawancara pada Kamis 4 Agustus 2022 memberikan informasi terkait PTM yang mulai dilaksanakan di SMAK Frateran. Dalam wawancara, Frater Albertus berupaya agar dilema atas kesadaran para siswa mengenai pembelajaran tatap muka tersebut tidak berlarut-larut dan segera diatasi sebelum para siswa kembali belajar di sekolah. Maka dari itu, selama kurang lebih dua minggu para siswa diberikan pembinaan rohani dan pembinaan mental.

    Pendidikan

    Kegiatan tersebut diberikan oleh para Frater BHK baik yang ada di sekolah maupun siswa yang ada di Yayasan Mardi Wiyata. Kegiatan ini juga dibantu oleh bapak-bapak TNI Rampal yang memberikan disiplin, antisipasi dan optimisme untuk menghadapi situasi-situasi bersama dengan teman-temannya yang lain. Siswa tidak perlu merasa takut, namun tetap waspada.

    “Tetapi waspada, jangan sampai terjerumus dalam rasa ketakutan yang sangat dalam,” himbau Frater Albertus.

    Mungkin saja ada orang tua yang sangat keberatan sekali khususnya kelas XI untuk mengijinkan anaknya datang ke sekolah dan melaksanakan PTM, dan bahkan ada yang dilarang. Anaknya ingin belajar tatap muka, tetapi orang tuanya sangat trauma karena banyak keluarga yang meninggal akibat covid itu.

    “Kami juga memfasilitasi tetapi dengan beberapa catatan dari sekolah. Pertama, mengambil materi dari guru di sekolah, kemudian besoknya mengembalikan. Ketika ulangan harian, mata pelajaran ulangan tengah semester atau semester mereka di sekolah,” ungkap Frater  Albertus.

    Baca Juga: Persekolahan Katolik Nyarumkop Sosialisasi Rumah Pendidikan Bersama Orang Tua Peserta Didik

    Hal tersebut bentuk antisipasi sekolah agar dapat menyadarkan dan memberi edukasi kepada orang tua bahwa mereka memiliki tanggung jawab di sekolah. Bukan hanya sekedar mengerjakan tugas-tugas di sekolah, tetapi siswa memang harus belajar di sekolah.

    SMAK Frateran telah memberikan kesempatan kepada orang tua di bulan Oktober. Tetapi pada kenyataannya orang tua tetap tidak bersedia. Kemudian orang tua meminta untuk mengundurkan diri dari sekolah.

    “Kita telah  membuat pelayanan semacam ini karena temannya yang mengatakan;  “Kok enak, kita sudah masuk, kita ingin bertemu, berbincang, bercengkerama tetapi teman kita ini masih di rumah.” bukan kemauannya anak, tetapi orang tuanya,” ungkap Frater Albertus.

    Kemudian muncul pertanyaan, “Yang sekolah siapa? Yang sekolah kan anaknya?”, “Jika merasa anaknya tidak aman dan tidak nyaman di sekolah, teman-temannya yang sudah sekian minggu berada di sekolah saja tidak terjadi apa-apa,” Frater Albertus menambahkan.

    Meskipun demikian, di SMAK Frateran khususnya siswa kelas X memang sudah terbiasa dengan situasi PTM ketika mereka masih SMP. Di SMP sebelum pelaksanaan ujian sekolah, dan pembelajaran dilakukan dengan  tatap muka sehingga tidak merasa canggung bahkan siswa sangat antusias sekali. Dan ketika orang tuanya mendengar bahwa pelaksanaan pembelajaran di tahun 2022/2023 dimulai dengan tatap muka, siswa sangat senang sekali. “Beban mereka terasa terlepas,” ungkap Frater Albertus.

    Baca Juga: 25 Tahun Hidup Bakti, Kaul Kekal dan Profesi Pertama Suster Pasionis Provinsi St. Yosef Indonesia

    Meskipun demikian, Frater Albertus mengungkapkan bahwa ada hal yang harus tetap dipikirkan untuk para siswa. Hal tersebut adalah mengenai cara mengembalikan kesadaran anak-anak dari dunia maya ke dunia nyata. Hal tersebut tentu saja tidak segampang apa yang dibayangkan.

    “Kadang-kadang, ketika setelah istirahat terlihat ngambek-ngambek,” ungkap Frater Albertus. Itulah tanggung jawab sebagai pendidik untuk mengembalikan kesadaran para siswa. Dan sekali lagi, memang harus pelan-pelan karena hal itu  menjadi tanggung jawab bersama.

    Untuk vaksinasi, bagi para karyawan sudah hampir 99% yang telah mendapatkan vaksin ke tiga. Sekolah memang sudah menganjurkan dan mengharuskan bapak ibu pendidik, pegawai, pelaksana belakang, sampai satpam sudah vaksin booster. “Termasuk saya sebagai kepala sekolah sudah divaksinasi,” kata Frater Albertus.

    Pembelajaran Tatap Muka

    Para siswa memang sudah mendapatkan vaksin ke dua. Saat ini, sekolah masih menunggu regulasi untuk vaksin penguat. Pemerintah memberikan regulasi dan izin kepada dinas kesehatan untuk segera datang ke sekolah dan memberikan vaksin kepada siswa.

    Ketika pembelajaran di sekolah akan dimulai, ada beberapa orang yang terindikasi atau terpapar covid. “Sebelumnya ada kejadian di mana satu keluarga terpapar, lalu satu keluarga tersebut isoman. Kemudian hal itu menjadi pembelajaran bagi sekolah. Sekolah tidak takut, tetapi warga sekolah di sini tetap waspada supaya penyebaran covid ini berlalu dari sekolah kita,” ungkap Frater Albertus.

    Sekolah tetap menerapkan prokes secara ketat. Saat akan masuk ke sekolah, sudah disediakan hand sanitizer dan pengukur suhu. Para tamu, pendidik dan siswa mencuci tangan melalui air yang mengalir. Di setiap kelas juga telah disediakan hand sanitizer. Penyemprotan disinfektan dilakukan secara berkala selama dua kali setiap minggu. Setelah pembelajaran, anak-anak disemprot dengan disinfektan. Bahkan pembersihan di kamar mandi, WC dan sebagainya diperhatikan dengan sungguh-sungguh.

    Baca Juga: Terinspirasi Dengan Romo Prennthaler

    Sekolah juga selalu memberikan informasi kesehatan kepada anak-anak dan kesehatan warga sekolah selama seminggu. Satgas covid di sekolah tetap diadakan dan berkordinasi dengan pihak Puskesmas Arjuno karena sekolah berada di wilayah kelurahan Oro-orodowo.

    Pembelajaran Tatap Muka (PTM) merupakan tanggung jawab bersama. Tidak mudah untuk mengembalikan keyakinan serta kesadaran baik orang tua maupun siswa bahwa segalanya dapat berjalan dengan aman dan lancar. Hal tersebut dapat terjadi apabila sekolah memberikan penanganan yang terbaik serta pro aktif dalam menyediakan informasi dan solusi yang baik dan benar kepada orang tua dan siswa.

    Di masa pemulihan ini, setiap pihak perlu saling bergandeng tangan agar masa depan para siswa dapat kembali dicerahkan. Memang tidak mudah, tetapi hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama baik para orang tua, sekolah dan para siswa.

    Bagi keempat frater yang bertugas dalam pastoral pendidikan di SMAK Frateran di kelas XA dan XB (Fr. Fransesco A.R., Fr. Francisco B., Fr. Maximus A. dan Fr. Barnabas U., BHK), hal tersebut juga menjadi pembelajaran yang sangat berharga. Para Frater tidak hanya mempersiapkan dengan baik materi-materi Pendidikan Agama Katolik tetapi juga dukungan moral dan spiritual untuk menumbuhkan optimisme para siswa dalam menghadapi PTM di sekolah.

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles