MajalahDUTA.com, Yogyakarta – Peziarahan iman umat Kristiani sampai detik ini tak akan perrnah padam sinarNya. Para pengikutNya tetap bercahaya dan bersaksi, bahwa Yesus lah jalan keselamatan menuju istana keabadian ketika kita berpaling dari dunia ini. Pernyataan reflektif ini menggugah semua orang yang terpesona dan terpikat cara Yesus menarik orang untuk ikut di jalan terang kasihNya.
2000 tahun lalu dua belas muridNya sudah memberi contoh dan teladan dari berbagai pengalaman mereka ketika ditangkap oleh Yesus. Misalnya saja panggilan Petrus dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Yesus mengatakan kepada Simon Petrus: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Matius 4:19). Ini adalah awal mula kisah Simon Petrus mengikut Yesus. Yesus memerintahkan Petrus untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai penjala ikan untuk menjadi penjala manusia.
Baca Juga: Kardinal Cantalamessa: Ekaristi sama ekstensifnya dengan sejarah keselamatan
Dalam perkembangan Gereja, muncullah aneka cara hidup orang beriman untuk semakin mendekatkan diri dengan Yesus. Ada panggilan umum dan khusus. Panggilan umum ini mereka yang berkeluarga sebagai Gereja mini. Dari rahim mereka inilah meneruskan warisan iman kepada anak-anaknya. Sedangkan panggilan khusus adalah mereka yang mau hidup selibat untuk secara khusus menjadi seorang imam, suster, frater dan bruder mengabdi Allah dengan penuh sukacita. Baik panggilan umum maupun khusus sama sama untuk mengabdi dan memuliakan dalam ruang yang beda.
Panggilan Yang Unik
Dari aneka panggilan yang ada, ternyata belum banyak yang melirik secara jeli bahwa dalam perkembangan Gereja Katolik hingga saat ini, yakni: panggilan ‘’Katekis”. Mereka inilah yang disebut guru agama yang secara khusus dipakai oleh Allah untuk membantu imam dalam berbagai kegiatan yang membuat orang bergabung dalam Gereja Katolik. Katekislah menjadi juru kunci untuk mengenal Injil itu sendiri. Dari merekalah lahir banyak orang untuk masuk dalam kerajaanNya dan menjadi keluarga Allah baru. Bahkah lewat pengajaran mereka baik di sekolah, di lingkungan menggereja ada yang terpikat menjadi religius. Berkat kekuatan kata-katanya dalam perwartaan dan pengajaran katekesenya, sukacita Injil mampu menghipnotis banyak orang untuk bertobat dan menerima, dan mengakui Yesus. Mereka membawa banyak orang kepada Yesus untuk di selamatkan dan mengakui Yesus sebagai satu-satunya juru selamat dunia.
Lahirlah Lembaga Keketik
Untuk menjembatan antara kebutuhan umat dan pelayanan dalam mewartakan Injil, enam puluh tahun lalu tepatnya tahun 1960 lahirlah sebuah lembaga untuk mencetak tenaga katekis yang bukan amatiran tetapi katekis akademik dan professional. Lembaga ini didirikan oleh P. Heselaars SJ sebagai Pusat Kateketik Indonesia. Lembaga ini memproduksi berbagai kegiatan-kegiatan antara lain: menerbitkan buku-buku, mengadakan panataran para guru dan ceramah-ceramah untuk kelompok-kelompok kategorial lainnya.
Pada tanggal 1 Agustus 1962, Yayasan Akademi Kateketik Katolik Indonesia (AKKI) didirikan untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi Kateketik. Pada tahun 1968, Pusat Kateketik beserta AKKI berpindah tempat dari Jl. P. Senopati 20 ke Jl. Abubakar Ali 1, Yogyakarta. Tanggal 31 Maret 1971, AKKI berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya. Tahun 1985, Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya dimulai program sarjana satu (S1).
Kemudian tanggal 14 Februari 1995, STFK Pradnyawidya merger dengan Universitas Sanata Dharma, sehingga berubah menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan Agama (FIPA), Jurusan Pendidikan Agama Katolik, Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Di tahun1999, FIPA USD berubah menjadi program studi “Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik” (IPPAK) dan menjadi bagian FKIP USD. Karena perkembangan kurikulum begitu dinamis, maka tahun 2003 IPPAK mengajukan akreditasi, mendapat peringkat A, sampai sekarang. Pada tanggal 27 September 2019 Prodi (Program Studi) IPPAK berubah menjadi Pendidikan Keagamaan Katolik (Pendikkat) hingga sekarang. Jumlah alumni yang dicetak dari lembaga ini sebanyak 1100 guru agama.
Alumni Angkat Bicara
Dalam menyambut Dies Natalis Pendikkat Ke 60, para alumni lintas angkatan angkat bicara. Beragam respon mereka memperkaya dan meneguhkan bagi lembaga dan para panitia yang menyelenggarkan gawe natalis kali ini. “Bagi saya Dies Natalis Pendikkat ke 60 kali ini menjadi saat yg tepat bagi kita untuk merayakan dengan penuh syukur kehadiran “Ibu” yang telah membesarkan kita. Sharing Ibu Noria dalam menanggapi acara spektakuler ini. Menurut katekis purna karya Keuskupan Agung Pontianak ini, “PRADNYAWIDYA memberikan ilmu hidup, itu yg kuakui”. “Matahatiku justru terbuka luas melihat betapa Kalimantan Barat (Kalbar) itu Gereja masa depan. “Memahami manusia dan budaya Kalbar itu justru kudapati di bangku kuliah. Ketika berkeliling dari kampung ke kampung, semua ini menjadi bekal yg menyemangati perjalananku”. Ungkap alumni angkatan 1985 ini dengan penuh bangga.
Baca Juga: Yaqut Cholil Qoumas – Kemenag Bersama Para Uskup Indonesia di Ambon, Ada Apa?
Bagi putri Dayak Kalimantan Barat ini menilai lembaga Pendidikan sebagai muara semangat untuk hidupnya. Banyak nilai-nilai yang menghidupi ajaran para Dosen bagi mahasiswa. Bahkan sangat diharapkan tetap berkelanjutan dari generasi ke generasi. “Ini khas kampus kita.” “Tidak didapat di kampus lain” Puji Noria dengan nada gembira. Bagi dia para dosen yang direpresentasi oleh para imam Yesuit, kehadiran mereka ibarat seperti “gembala mengenal domba-dombanya, itu yang kukagum dari para dosenku saat itu.” “Dan tiap orang dikenal dengan kekhasannya, didukung untuk berkembang sesuai dengan potensinya. Sungguh kubersyukur atas semua ini.”’ Kenang Wanita yang pernah diundang ke Vatikan dalam memperkenal budaya dan adat Dayak dalam Gereja Katolik Kalbar. Bagi dia filosif kata PRADNYAWIDYA, menjadi pintar dan bijak, seturut pesan Injil, cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. “TAK PADAM SINARNYA” memberi makna pada nilai juang yang tinggi, bahwa hidup yang indah ini dihadapkan pada aneka kondisi, kadang seperti berada dalam sebuah gua, maka temukan secercah sinar, yang menjadi petunjuk untuk keluar. Papar Sang Mantan Ketua Penyelenggara Filial Nyarumkop – Malang dan Pensiunan KOMKAT KAP ini dengan nada riang.
Motivasi Memilih Pendikkat
Suster Marlin RVM, mempunyai pengalaman unik kuliah di lembaga ini. Pertama-tama dia bersyukur atas diadakannya Dies Natalis ke-60 ini. Bagi dia Dies Natalis kali ini begitu banyak program dan kegiatan yang sifatnya mengakrabkan dan mengikat persaudaraan sebagai Alumni, dosen dan mahasiswa yang masih kuliah aktif di lembaga tercinta ini. Dia mengharapkan agar peran serta anggota terutama luar daerah lebih digalakan terutama pendataan dan program rencana awal jauh sebelum hari H, terutama pemberian penyegaran Roh katekis. Lebih menjangkau yang tidak terjangkau. Bagi kerja keras Panitia, salut dan ditingkatkan. Pesan Religius yang saat ini sebagai Pembina Asrama di pedalaman NTT. “Motivasi saya belajar di lembaga ini amat sederhan dan tidak elegan.” Yang utama adalah belajar budaya dan karakter dari budaya lain selain di dalam daerah sendiri (NTT) juga program reach out RVM belum dikenal di daerah luar Nusra & Bali. Pemberdayaan tenaga katekis menjawab kebutuhan umat yang kompleks”. Jujur Wanita Kelahiran Flores ini dengan mantap.
Menurut alumni 2002 ini bahwa selama kuliah dulu dengan segala macam ilmu yang didapat sangat membantu dan mendukung profesinya kita ini. “Sangat membantu yang terutama pengalaman saya adalah ketangguhan dan kegigihan menjadi pewarta kabar baik yang tanpa pamrih.” “BERIMAN, BERILMU, DEDIKASI dan BEREMPATI”. “Semua mata kuliah sangat berguna dan relevan ketika peranan Katekese Umat disesuaikan dengan budaya setempat”. Sabda yang menyatu dengan budaya, membawa perubahan dan pertobatan”. Papar Sr Marlin ini dengan sukacita.
Baca Juga: Paskah Bersama Kepolisian Resor Mempawah, Uskup Agustinus Sampaikan Refleksi Penderitaan
Menurutnya ada harapan bahwa melalui pesta tahun ini dapat menjaring alumni dan pendikkat sudah banyak hal yang sudah dilakukannya”. “Selain itu saatnya lembaga ini lebih memperkenalkan diri melalui jejaring di setiap wilayah keberadaan alumni melalui kegiatan yang terprogram jelas tahunan atau seberapa banyak sesuai kesepakatan dan memilih pengurus dalam wilayah tersebut di setiap daerah seluruh Nusantara agar terorganisir dengan baik.” Pinta Ibu asrama Putra dan putri serta Pemimpin Komunitas dan tenaga Pastoral Paroki ini dengan nada harap. Dia juga menggaris bawahi bahwa kita bisa melakukan Kegiatan terprogram yang sudah dibuat oleh panitia Dies Natalis. entah temu alumni, entah penyegaran atau seminar dll disesuaikan kebutuhan.” Untuk memperlancar tentu ada iuran wajib anggota bulanan dan Kampus Pendikkat pusat tetap menjadi Narasumber dan promotor dalam kegiatan ini. Tandas Putri Suku Lamahelot Flores ini dengan tegas. Bagi dia ada banyak nilai-nilai yang di dapat dari lembaga ini yakni: Semangat dan rela berkorban, Tangguh dalam bersaksi dan memberikan ilmu yang dimiliki dengan pelayanan hati seorang hamba. Nilai bekerja tanpa upah, bekerja dengan upah seorang Murid.
Tanpa Lelah Melayani Tuhan
Raimundus Aladim, memberi tanggapan bahwa Dies Natalis Pendikkat ke-60, merupakan suatu kebanggaan dan anugerah yang luar biasa baginya. “Saya bangga karena dalam situasi zaman dewasa ini, lembaga ini masih terus eksis dan selalu memberikan warna dalam karya pelayanan Gereja Katolik di Indonesia.” Kata Alumni 2001 ini dengan penuh haru. Lanjutnya “selain itu moment ini sebagai anugerah yang luar biasa bagi saya secara pribadi bisa menjadi bagian dari lembaga ini.” “Hal ini memberikan motivasi khusus untuk terus tanpa lelah melayani Tuhan di zaman sekarang yang semakin banyak rintangan dan tantangannya. Pungkasnya dengan nada riang. “saya mengharapkan mendapatkan out put atau hasil dari kegiatan Dies Natalis ini apapun bentuknya sebagai bekal bagi saya dalam karya pelayanan yang sedang saya jalani saat ini. Pinta Aladim guru agama SMAN 01 Putusibau Kalbar ini dengan mantap.
Motivasi yang mendorongnya kuliah di lembaga ini adalah: ingin mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan memiliki ciri khas Katolik yang kuat, ingin menjadi guru agama atau katekis yang memiliki spiritualitas dan kompetensi yang mumpuni dalam karya pelayanan Gereja dan ingin mengembangkan diri sepenuhnya sehingga dapat menemukan jati diri yang sesungguhnya dan menjadi manusia yang utuh. Baginya tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu dan semua dinamika yang dialaminya selama menjalani kuliah di lembaga ini, sangat membantu dan mendukung profesinya saat ini. “Saya yakin sepenuhnya bahwa saya menjadi seperti sekarang ini karena proses yang saya lewati ketika saya menimba ilmu di lembaga ini.”Akunya dengan polos.
Putra Dayak Kelahiran Sejiram ini melihat bahwa banyak nilai-nilai yang kita tanamkan sebagai alumni. Baginya selama di lapangan dia sangat berkembang dan tak bosan-bosan mencari inovasi-inovasi baru yang sesuai dengan perkembangan zaman dengan tetap berpegang teguh pada visi dan misi lembaga ini. “Tenaga guru agama dan katekis masih sangat dibutuhkan terutama di daerah-daerah karena umat yang membutuhkan pelayanan juga masih banyak.” Sharing alumni ini. Maka baginya, dia terus merawat nilai-nilai yang ditanamkan sebagai alumni yakni kejujuran, persaudaraan, solidaritas, kreativitas, semangat maju terus, dan semangat pantang menyerah.
Dies Natalis Lebih Terasa Gaungnya
Selain itu di lain kesempatan Br. Sigit. MSF ikut menanggapi Dies Natalis Pendikkat ke 60 bahwa, Hut kali ini luar biasa gaungnya. “Secara usia sudah dewasa dan matang”. Maka produk dari lembaga ini juga banyak produktif tidak hanya awam tetapi juga kaum religius baik bruder maupun suster bahkan Romo.”Ujar Penyuka Olah raga THS-THM ini dengan nada serius.
Menurut tenaga Pastoral dan Pengelola Wisma Emaus Keuskupan Tanjung Selor, Dies Natalis kali ini, menjadi kesempatan untuk refleksi bersama demi perkembangan kampus tercinta ini Pendikkat sudah memberi banyak sumbangsih bagi perkembangan Gereja dan juga pribadi banyak alumni dan alumnus. Proficiat untuk Pendikkat yang ke 60. “Saya berharap tetap semangat dalam menjalankan tugas besar ini”. Pintanya kepada para Panitia penyelenggara.. “Semoga Dies Natalis menjangkau seluruh alumnus dan alumni Pendikkat di manapun berada. Syukur bisa berkumpul dalam persaudaraan yang hangat.” Pesan putra asli Menoreh Sendang Sono ini dengan tegas. Adapun motivasinya kuliah di lembaga ini. “Pertama-tama, karena saya seorang religious yang melaksanakan kaul ketaatan.” “Saya diutus untuk belajar kateketik supaya bisa berpastoral di tengah umat.” Yang kedua, secara pribadi saya sudah sejak kecil mendengar nama besar Sanata Dharma ini membuat saya bangga bisa kuliah di sini. “Tentu saja bagi saya ilmu yang saya dapat dari Pendikkat sangat berguna, sangat membantu dan menginspirasi setiap pelayanan dan perutusan saya saat ini. “Saya merasa sungguh dibesarkan oleh Pendikkat dan karenanya saya sungguh bersyukur dan berterimakasih atas bimbingan dari para dosen dan perjumpaan dengan banyak teman. Apalagi saat ini saya berkarya di Keuskupan Tanjung Selor, ini sangat membantu dan mendukung karya saya untuk berjalan bersama umat”. Ungkap penyuka makan daging ular ini dengan nada riang.
Baca Juga: Rapat SIGNIS Indonesia ke-48 Digelar di Keuskupan Agung Pontianak
Selain itu dia memberi masukan bagi Lembaga ini agar ditingkatkan kualitas kurikulum pendikkat, kualitas para dosen pengajar, fasilitas pendukung Pendidikan di Pendikkat, serta Keempat menjaring para calon mahasiswa yang baik, unggul dan siap dibentuk di pendikkat. Sigit pun merasa bangga banyak nilai yang dikembangkan saat ini. Dia bangga tetap menjaga nama baik pendikkat harus jaga dan mempromosikan Pendikkat keanak-anak muda lewat karya saat ini. Selain itu dia merencana untuk mengirimkan putra daerah dari Tanjung Selor dan juga anggota tarekat religius agar bisa bergabung dengan Lembaga tercinta ini.
Tema Dies Natalis Yang Menginspirasi
Tema Dies Natalis ke 60 kali ini “Berjalan Bersama untuk Bersaksi” Melalui tema tersebut kita berharap dapat tercapai tujuan: Terbentuknya jejaring dan sinergi untuk menyegarkan dan mewujudkan misi berjalan bersama yang rapuh melalui aksi, refleksi dan selebrasi. Adapun kegiatan Dies Natalis ke 60 ini adalah: Sejalan dengan tema, tujuan dan latar belakang diadakannya Dies Natalis Pendikkat ke-60, maka akan diadakan kegiatan-kegiatan untuk mengimplementasikan tema tersebut. Kegiatan Dies Natalis ini mencakup tiga kegiatan besar yaitu: Aksi, Refleksi dan Selebrasi. Kegiatan bersifat tawaran, maka masing-masing korwil menyesuaikan dengan kebutuhan dan situasi setempat.
Aksi Yang Nyata
Aksi akan dilaksanakan sebelum puncak acara Dies Natalis. Pada kegiatan aksi ini terfokus pada tiga aspek garapan: Gereja, masyarakat dan Ekologi. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan tawaran, maka dalam pelaksanaan disesuaikan dengan situasi kebutuhan masyarakat sekitar. Tiga Kegiatan yang direncakan oleh panitia adalah: Pertama, kegiatan menggereja Gereja yakni, Beasiswa untuk calon katekis, Kaderisasi pendamping PIA, PIR, OMK, PA, membangun jejaring alumni, dll. Kedua, kegiatan Masyarakat dengan Donor darah, pengobatan gratis, bakti sosial, dll dan ketiga, Gerakan Ekologi: Menanam pohon, pengolahan sampah, kerja bakti lingkungan, dll. Selain itu ada hari Refleksi. Dalam kegiatan refleksi ini, ada kegiatan yang dilaksanakan secara sentral dari pusat yaitu seminar, penulisan buku dan buku kateketik, sedangkan untuk kegiatan retret dan rekoleksi dapat dilakukan dimasing-masing regio, dan sifatnya adalah tawaran.
Agenda Untuk Alumni
Dies Natalis ini sudah dirancang oleh panitia dengan baik, agar para alumni bisa hadir dan menyaksikan secara langsung maupun lewat online. Agenda tersebut yaitu: Jumat, 29 juli 2022 dengan rekoleksi sehari alumni dengan tema: Berjalan bersama untuk bersaksi Pk 08.00 Tempat kampus Hybrid. Sabtu, 30 juli 2022 Seminar Nasional dengan tema berjalan bersama untuk bersaksi Pk 08.00 tempat auditorium kampus secara Hybrid dengan target peserta: 400 alumni. Sabtu, 30 juli 2022 Pk 17.00-21.00. Nostalgia angkringan alumni |Nostalgia|Temu kangen, tempat kampus: Stand2 Target: 100 orang. Minggu, 31 juli 2022 Temu alumni |Semiformal |Lintas Angkatan|pembentukan pengurus Pk 08.00 -11.00 tempat auditorium kampus, Hybrid TP: 300 orang dan Minggu, 31 juli 2022 Misa syukur, Pk 11.30 Tempat auditorium kampus secara hybrid. Akhirnya “sekali Pendikkat tetap Pendikkat, Tak Padam SinarNya.”