MajalahDUTA.Com,- Ngumpul lebih asik bersama saudara Kapusin Pontianak.
Buruan daftarkan diri anda, di sana banyak hal-hal baru dan pastinya pengetahuan unik baru yang didapatkan dari cara hidup Santo Fransiskus Assisi.
Yuk… Buruan daftarkan diri anda pada link berikut ini: https://bit.ly/regisNgulik
Apasih Kapusin itu?
Sedikit penjelasan berdasarkan Web Resmi dari ORDO SAUDARA DINA KAPUSIN DI INDONESIA, bermula dari Santo Fransiskus yang mendirikan tiga ordo.
Ordo pertama untuk laki-laki, ordo kedua, Klaris dan ordo ketiga untuk awam (regular dan sekular).
Kemudian ordo pertama dibagi atas tiga ordo; Ordo Fratrum Minorum (OFM), Ordo Fratrum Minorum Konventual (OFM Conv) dan Ordo Fratrum Minorum Capuccinorum (OFM Cap), yang biasa disebut dengan ordo Kapusin.
Ketiganya menghidupi Anggaran Dasar yang sama yang disusun oleh Fransiskus Assisi yang disahkan oleh Paus Honorius III.
Ordo Kapusin, dimulai oleh Matheus dari Bascio. Ordo kapusin resmi berdiri tgl 3 Juli 1528 dengan Bulla Religionis Zelus. Anggota ordo Kapusin terdiri dari klerus (imam) dan laicus yang biasa disebut bruder.
Panggilan nama Kapusin awalnya berawal dari sorakan anak-anak yang melihat para saudara yang memakai jubah yang punya kap panjang dan runcing. Mereka meneriakkan : Scapucini!, Scapucini! (pakai kap).
Dari teriakan inilah lahir nama Kapusin. Ordo Kapusin ini sudah tersebar luas ke seantero dunia.
Kapusin tiba di Indonesia
Missionaris Kapusin tiba di Indonesia pertama kalinya pada tahun 1905 di Singkawang (Kalimantan Barat).
Saudara yang pertama tiba di sana adalah: Pastor Pacificus Bos dari Uden yang kemudian jadi Uskup pertama Pontianak, kemudian ada Pastor Eugenius dari Reijen, Pastor Beatus dari Dennenburg, Pastor Camillus dari Pannendern, Bruder Wilhelmus dari Oosterhout dan Theodoricus dari Uden.
Sekilas catatan tentang Mgr Jan Pacificus Bos yang diterjemahkan dan ditulis ulang dari tulisan Nobessito
Mgr. Jan Pacificus Bos, O.F.M. Cap, pelopor dakwah Katolik di Kalimantan. Lahir di Uden, Belanda, 9 September 1864 dan meninggal di Pontianak, 21 Maret 1937.
Mgr Jan Pacificus Bos adalah misionaris Katolik pertama di Kalimantan atau Kalimantan
Jan merintis Keuskupan Agung Pontianak, yang sekarang menjadi salah satu keuskupan terbesar di Asia Tenggara.
Pada 21 Maret 1937, genap 80 tahun yang lalu, Jan Pacificus Bos meninggal di Pontianak. Beliau adalah Bapak Misi Kalimantan, wakil Paus di tanah Kalimantan.
Wajah lelaki tua berjenggot saat menerima sumbangan dari masyarakat Dayak. Jumlahnya adalah 5.000 gulden, terdiri dari 5 buah seribu. Jan, begitu nama depannya, tersentuh melihat ketulusan orang Dayak yang rela menyisihkan uang untuk membantu misi Katolik di Kalimantan. Secara spontan dan berkilau, dia berkata:
“Ini lebih seperti saya daripada penampilan Masa Kecil Yesus!” Kata Jan seperti dikutip dari buku Indonesianization, From the Catholic Church in Indonesia to the Catholic Church of Indonesia karya Huub J.W.M. Boelaars (2005:389).
Pemimpin Kapusin dari Belanda
Jan Pacificus Bos adalah orang Belanda sejati. Lahir di sebuah kota bernama Uden pada tanggal 9 September 1864. Meskipun berasal dari Eropa, Jan mendedikasikan separuh hidupnya ke tanah kuno yang disebut Borneo, salah satu pulau terbesar di Nusantara, yang sebagian besar didominasi oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada tanggal dua puluhnya. -perjalanan abad.
Sejak muda, Jan sudah memilih jalan Tuhan dengan mengabdikan dirinya di gereja. Pada usia 23 tahun, ia terus diterima sebagai anggota Ordo Kapusin, salah satu Ordo Fransiskan (pengikut Fransiskan Assisi) dalam otoritas Katolik. Ordo tersebut secara resmi bernama Ordo Saudara Dina Kapusin atau disingkat Ordo Kapusin.
Dalam Encyclopedia of the Church yang disusun oleh Adolf Heuken (1993: 17) disebutkan bahwa Ordo Kapusin terpilih Jan Pacificus Bos mulai berkembang di Eropa sejak tahun 1525 dan dipimpin oleh sejumlah pengikut Fransiskus dari Italia tenggara, dan sempat memicu polemik. dalam penampilan awal.
Sesuai dengan namanya, kapusin bukanlah ordo mayoritas dalam keluarga Katolik, bahkan pengikutnya hanya berjumlah sekitar 11.000 orang pada tahun 2005. Namun, orang-orangnya sangat militan dan total. Mereka menghindari segala bentuk kekayaan dan kehormatan dan memilih melayani anak-anak kecil yang bermasalah (R. Kurris, Pelangi dalam Bukit Barisan, 2006: 202).
Dan itulah yang dilakukan Jan Pacificus Bos. Melayani dan mengabdikan dirinya untuk rakyat kecil, bahkan sampai ke pedalaman Kalimantan hingga akhir hayatnya.
Wakil Paus di Kalimantan
“Pergilah, beritakanlah pertobatan kepada semua orang,” adalah pesan Paus Innosensius III kepada Fransiskus pada tahun 1209.
Jan Pacificus Boss berkesempatan mengikuti jejak Santo Fransiskus hampir 700 abad kemudian. Pada 21 September 1889, Jan ditahbiskan menjadi imam dan sejak 1903 memimpin Provinsi Kapusin Belanda (Karel Steenbrin, Catholic in Indonesia, 1808-1942: A Documented History, 2014: 556).
Dua tahun kemudian, pada 10 April 1905, ia diangkat sebagai Prefek Apostolik Borneo (Borneo Olandese) di Hindia Belanda (Indonesia). Jan yang masih berada di Belanda pun siap meninggalkan kampung halamannya untuk mewartakan konversi di tempat yang tentunya sulit dibayangkan, Kalimantan.
Sebagai catatan, prefek apostolik adalah posisi untuk memimpin prefektur apostolik. Prefektur apostolik adalah wilayah karena keadaan khusus yang belum ditetapkan ke dalam keuskupan. Seorang prefek apostolik memimpin prefektur apostolik yang ia emban atas nama Paus di Vatikan. Dengan demikian, Jan Pacificus Bos adalah wakil kepausan di Kalimantan.
Prefektur Apostolik Borneo sendiri dibentuk pada 11 Februari 1905 dan Jan adalah pemimpin pertamanya. Jan Pacificus Bos resmi menjalankan jabatannya pada tanggal 30 November 1905 sejak menginjakkan kaki di Singkawang dengan didampingi oleh 3 orang imam dan dua orang frater yang datang bersamanya dari Belanda.
Delegasi Vatikan di Kalimantan bagikan infografis dan menjadi Bapak Misi di Kalimantan
Sulit dibayangkan bagaimana perjuangan Jan Pacificus Bos dalam menyiarkan dakwah di Kalimantan saat itu.
Ia adalah misionaris Katolik pertama di Kalimantan dan tentunya harus menghadapi perlawanan yang berpotensi sangat kuat, baik dalam kontak dengan Melayu-Muslim, maupun dengan orang Dayak yang sebagian besar masih menganut ajaran nenek moyang mereka, dan tentu saja kondisi liar kembali ditantang.
Usaha Jan di Kalimantan tidak sia-sia. Kurang dari 3 tahun setelah ia resmi menjabat sebagai Prefek Apostolik Kalimantan, didirikanlah gereja yang mungkin merupakan yang pertama di Kalimantan.
Dipelopori pada 8 Agustus 1908, gereja ini mulai digunakan sejak 9 Desember 1909, dan disebut Gereja Saint Joseph.
Belakangan, gereja tersebut berkembang menjadi Katedral Saint Yoseph.
Tahun 1912 Misionaris Kapusin mulai berkarya di Pulau Sumatera.
Kapusin Propinsi Indonesia semakin hari semakin berkembang dengan jumlah anggota yang semakin banyak.
Pada tanggal 2 Februari 1994 kapusin Indonesia dimekarkan menjadi tiga propinsi, yakni Propinsi Kapusin Kalimantan, Propinsi Kapusin Sibolga dan Propinsi Kapusin Medan.