Tuesday, December 5, 2023
More

    Pandemi di Pelanjau – Seputar tahun 1918

    By Sam| MD| KOMSOSKAP

    MajalahDUTA.Com, Pemangkat– Dari Pemangkat sebagai induknya pada tahun 1911 dibuka dua stasi tambahan yaitu Pelanjau dan Sempadang.

    Dalam catatan Pastor Malachias de Jong OFMCap, ia menuliskan bahwa Sempadang adalah satu tempat di hulu sungai Selakau, di mana orang berasal dari Tiongkok mencari emas dan di antara mereja juga ada beberapa orang Katolik asal Tiongkok.

    Satu kapel didirikan di sana. Mgr. Pasifikus Bos pernah menerimakan Sakramen Krisma di sana, tetapi sesudah perang pada tahun 1946-1947 kapel tersebut tinggal kerangka saja.

    Penyakit di Pelanjau – 1918

    Pelanjau adalah salah satu kampung yang di diami oleh orang suku Dayak (Sub Suku Kanayatn) asli. Letaknya dipinggir sungai Sebangkau.

    Di situ didirikan sebuah sekolah dan asrama yang menjadi pelopor kompleks Persekolahan Katolik Nyarumkop. Penduduk di Pelanjau sangat terbatas.

    Akses jalan menuju Sambas, Pemangkat dan Singkawang sangat sulit pada waktu itu.

    Oleh karena itu, keperluan sekolah, medis, asrama menjadi sulit terjangkau dan tidak strategis.

    Maka pada saat daerah itu ditimpa penyakit cacar, banyak anak-anak yang meninggal termasuk anak-anak sekolah dan seorang pastor (Pastor Honoratus, OFMCap), beliau meninggal di Rumah Sakit Singkawang dan dimakamkan pada tahun 1918.

    Penyakit cacar ini terjadi dua kali dalam kurun waktu kala itu.

    Kelahiran atau berdirinya Paroki Pemangkat disebut seperti bayi prematur (belum cukup persiapan), oleh karena itu, seperti bayi prematur Paroki Pemangkat sangat lemah dan mudah terpengaruh budaya atau tradisi dari luar.

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles