MajalahDUTA.Com, Internasional – Ketiga martir itu dibeatifikasi oleh Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Korea Selatan pada tahun 2014. Berita ini dilansir dari portal berita Aleteia yang di publikasikan pada 3/9/2021.
Jenazah para martir Katolik pertama dari Korea telah ditemukan lebih dari dua abad setelah mereka dieksekusi.
Katolik dibawa ke Korea pada abad ke-17 oleh umat awam Korea yang telah menemukan iman dalam perjalanan mereka ke Cina dan Jepang. Itu menjadi mapan di semenanjung Korea pada abad ke-18. Ketika iman mulai menyebar, umat Katolik menghadapi penganiayaan di bawah dinasti Joseon, yang memerintah selama lebih dari 500 tahun.
Baca Juga: Surat Bapa Suci Kepada Brother Gerard Francisco Timoner, O.P., Master Jenderal Order of Preachers
Selama 100 tahun, sebanyak 10.000 umat Katolik menjadi martir di Korea. Baru pada tahun 1886 penganiayaan terhadap umat Katolik berakhir dengan penandatanganan perjanjian dengan Prancis.
Tujuh tahun lalu, pada 2014, Paus Fransiskus melakukan perjalanan ke Korea Selatan untuk beatifikasi 125 martir Katolik. Tiga martir yang jasadnya ditemukan termasuk di antara mereka yang dibeatifikasi. Sebagai bukti kekuatan iman di tengah kesulitan, diperkirakan 800.000 orang menghadiri Misa beatifikasi.
Jenazah ditemukan pada bulan Maret dalam rangka mengubah kuburan menjadi tempat perlindungan di dekat Jeonju, Selatan Seoul. Investigasi menggunakan catatan sejarah dan tes DNA mengarahkan para peneliti untuk menentukan bahwa sisa-sisa itu milik Paul Yun Ji-Chung, 32, dan James Kwon Sang-yeon, 40, yang dipenggal pada 1791, lapor AFP.
Jenazah adik laki-laki Yun, Francis Yun Ji-heon, yang menjadi martir pada usia 37 tahun, sepuluh tahun setelah saudaranya dieksekusi, juga ditemukan.
Baca Juga: Paus meminta para Dominikan untuk menjadi yang terdepan dalam pewartaan kabar suka cita
“Kami telah menemukan sisa-sisa orang yang pertama kali menetapkan sejarah kemartiran bagi gereja kami, yang didirikan di atas darah para martir,” kata Uskup John Kim Son-Tae, kepala Keuskupan Jeonju, seperti dilansir AFP.
Jenazah Francis Yun, “menunjukkan tanda-tanda pemotongan yang jelas,” kata keuskupan.
Menurut uskup, catatan sejarah menunjukkan bahwa Paul Yun mempertahankan imannya sampai kematiannya.
Dia “tersenyum seolah-olah dia sedang dalam perjalanan ke sebuah pesta” ketika dia diseret ke tempat eksekusi, kata uskup itu kepada AFP.
“Dia dipenggal sambil memanggil “Yesus, Maria’,” katanya.
Pada 2019, ada 5,6 juta umat Katolik di Korea Selatan, yang merupakan 11% dari populasi.