Saturday, December 9, 2023
More

    St. Ignatius: Lawan Kesombongan adalah Kerendahan Hati

    Oleh: Semz-MajalahDUTA/rujukan: Katoliksitas[.]org.

    MajalahDuta.Com, Pontianak- Kerendahan hati berlawanan dengan kesombongan yang berhubungan dengan kelimpahan materi, dan anggapan bahwa diri sendiri adalah orang yang paling berkehendak baik, paling pandai, dan paling maju dalam hal spiritual (‘spiritual pride’).

    Ada tiga tingkatan kesombongan, jika diurut dari yang lebih bersifat material ke tingkat yang lebih bersifat spiritual: Pertama, adalah kesombongan dalam hal materi yang kelihatan, seperti kecantikan, kekayaan, nama baik, pangkat dan kehormatan.

    Baca juga: Untaian Kerendahan Hati menurut Santo Benediktus

    Kesombongan materi adalah jenis kesombongan yang terendah, dan paling mudah diatasi untuk mencapai kerendahan hati.

    Kesombongan dalam hal berkehendak baik adalah yang menyusul setelah ini, yaitu seperti keinginan untuk tidak tunduk di bawah siapapun, memiliki kuasa untuk memerintah, yang menghasilkan ambisi untuk menguasai, menolak untuk melayani atau tunduk pada otoritas, bahkan menolak untuk tunduk kepada Tuhan.

    Baca juga: Doa adalah Akar Kehidupan Spiritual Katolik

    Bersamaan dengan ini adalah kesombongan akan kepandaian, yang berhubungan dengan kebiasaan untuk menghakimi segala sesuatu berdasarkan pendapat sendiri, dan enggan untuk menerima pernyataan sederhana dari pihak yang punya otoritas.

    Sedangkan orang yang rendah hati adalah dia yang sadar akan dosa dan kelemahannya, yang tahu bahwa ia pun dapat menjadi ‘terhukum’, jika hanya keadilan Tuhan yang berlaku di dunia ini. Belas kasihan yang ia terima dari Tuhan harus menjadikannya berbelas kasih kepada orang lain.

    Tingkatan kesombongan

    Tingkatan kesombongan yang paling akhir adalah kesombongan rohani, atau ‘spiritual pride’. Karena spiritualitas adalah karunia, maka kesombongan spiritual sangatlah ‘berbahaya’.

    Karunia-karunia rohani dapat menjadi ladang bagi kesombongan, sebab jiwa yang sombong dapat menggunakan karunia-karunia tersebut untuk meninggikan diri, menarik perhatian, mencari dominasi/kekuasaan, atau untuk memenangkan ide sendiri.

    Baca juga: Apa sih, Tarekat MSA itu?

    Injil menampilkan jenis kesombongan ini dalam perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai (Luk 18:9-14). Yesus menolak kesombongan ini, sebab hal itu membuat orang hidup dalam ‘kebohongan’: dari luar terlihat suci, tetapi sebenarnya jahat. Hal ini bertentangan dengan kerendahan hati yang berlandaskan kebenaran.

    Kesadaran akan Allah

    Menurut St. Ignatius, mengikuti teladan Yesus dan cara hidup-Nya adalah bentuk kerendahan hati yang paling sempurna; yaitu jika seseorang dengan kehendak bebasnya memilih untuk hidup miskin seperti Kristus, menderita bersamaNya daripada menjadi kaya dan dihormati dan dianggap bijak oleh dunia.

    Sikap ini didasari oleh kesadaran bahwa Allah mengasihi kita lebih daripada kita mengasihi diri kita sendiri, sehingga Ia telah menyerahkan diri-Nya untuk membawa kita kepada kebahagiaan sejati.

    Baca juga: Uskup Agus ungkapkan seorang Imam jangan reaktif

    Kebahagiaan sejati ini tidak dapat dibandingkan dengan segala pemahaman kita akan kebahagiaan menurut ukuran dunia.

    Ketetapan hati meninggalkan kebahagiaan duniawi untuk mendapatkan kebahagiaan surgawi adalah sikap kerendahan hati yang paling sempurna.

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles