Sunday, April 27, 2025
More

    “Kami Bersyukur, Masih Ada Orang yang Peduli,” ujar Asong

    MajalahDUTA.Com, Mempawah- Kendala ekonomi membuat pembangunan gereja Stasi Santa Maria Ratu Rosari Pelanjau (Palanyo) tak kunjung selesai. Dengan kondisi yang cukup memprihatinkan, Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak bekerjasama dengan Divisi Katolik Pontianak meninjau langsung ke lokasi gereja.
    Gereja ini terletak di Paroki St. Fransiskus Xaverius Mempawah, Dusun Pelanjau, Desa Amawang, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, Kalbar.

    Setibanya di lokasi, umat terlihat sedang bersiap-siap untuk mengikuti ibadat sabda hari Minggu pagi pukul 10.00 WIB.

    Sempit, sesak, panas dan berisiknya suara sound system, begitulah yang kami rasakan ketika kami membaur bersama umat dalam ibadat sabda itu. Terlihat beberapa orang tua menggendong anak sembari mengipasinya, membuat perasaan ini tercampur antara prihatin dan bangga. Prihatin karena suasana ibadat dilaksanakan di tempat yang sepanas dan sesempit itu, namun bangga melihat antusias masyarakat Dusun Pelanjau dalam mengikuti ibadat sabda.

    Baca Juga: Menilik Jejak Sejarah Kongregasi Bruder MTB

    Setelah ibadat, kami memperkenalkan diri kami kepada umat di Pelanjau. Perkenalan diiringi ekspresi senyum ramah dari umat yang mendengarkan maksud dan tujuan kami mendatangi tempat mereka.

    Admin Katolik Pontianak menjelaskan secara singkat tentang KaPon yang bukan hanya mewartakan kabar melalui sosial media, namun dilain sisi tim Komsos ingin melakukan aksi nyata dengan ‘Datang dan Melihat’ langsung keadaan masyarakat, serta berkomunikasi dengan mereka.

    “Desa Sadaniang sebagai tempat bakti sosial berdasarkan usulan beberapa pengikut Instagram KaPon yang merekomendasikan gereja di stasi Pelanjau,” ungkap mimin.

    Sebagai Kepala Dusun, Niko mengatakan, Pelanjau terdiri dari 82 KK, dan umat yang ada berjumlah lebih dari 300 orang. Dengan kapasitas kapel dan tempat duduk yang terbatas, lanjut Kadus “kondisi gereja saat ini cukup susah saat umat mengikuti ibadat sabda dalam jumlah yang banyak.”

    Sejalan dengan itu, Rita selaku Ketua Umat di Stasi Santa Maria Ratu Rosari Pelanjau juga mengungkapkan awal mula berdirinya kapel yang saat ini mereka gunakan.

    “Dulu kalau mau ibadat susah, setiap hari raya kita harus pergi ke Pusat Desa dengan berjalan kaki kurang lebih 2 kilometer jaraknya, itu pun hanya sewaktu hari raya saja, jadi umat disini berinisiatif untuk membangun kapel terlebih dahulu,” kata Rita.

    Baca Juga: https://www.youtube.com/watch?v=SITgY1DWqEw

    Karena peningkatan jumlah umat dan saat stasi lain berkunjung, imbuh Rita: “Seringkali kapel ini kekurangan ruang (space) untuk duduk, “Jadi kita berinisiatif untuk membangun gereja yang berkapasitas besar.”

    Gotong royong umat

    Masyarakat di dusun Pelanjau mayoritas bekerja sebagai penyadap karet dengan penghasilan rata-rata kurang dari 1 juta perbulannya. Ketika musim hujan, karet bahkan sama sekali tidak menghasilkan.

    Rita berharap, kedepan umat bisa terus berjuang, saling memotivasi dan berkolaborasi dengan stasi lain dalam pembangunan yang lebih maju serta lebih kuat dalam iman, bersatu dan kerjasama untuk mendirikan sebuah bangunan dan inilah sebuah keyakinan supaya umat di Pelanjau tetap Katolik.

    “Harapan yang paling besar bisa terus dikunjungi seperti ini agar ada motivasi, masukan atau saran. Kami di tempat ini sangat susah mendapat informasi karena terkendala sinyal.” imbuh Ketua Umat.

    Kayus Asung yang merupakan Ketua Panitia Pembangunan Gereja Santa Maria Ratu Rosari Pelanjau menyampaikan, umat di Pelanjau berencana melanjutkan bangunan yang lama telah dibiarkan itu,” Selama 2014 kami merencanakan pembangunan itu sampai awal tahun 2021 kami melanjutkan kembali,” katanya.

    Lihat juga Link: Kapon https://www.instagram.com/p/CPkLX06tuoM/

    Ia mengakui kendala utama dalam pembangunan gereja baru itu yang paling utama yakni kekurangan modal. “Umat di Pelanjau mengumpulkan iuran sebesar Rp. 350.000 per Kepala Keluarga serta juga dilakukan pengumpulan iuran sebanyak dua ribu rupiah setiap minggunya secara rutin. Puji Tuhan dengan iuran 2 ribu rupiah umat tidak merasa terbebani dan dengan senang hati menyumbang,” katanya.

    Sekarang stasi masih dibantu oleh para donatur-donatur luar, ia mendoakan agar kiranya para donatur senantiasa diberikan kelancaran dlm usaha dan kesehatan.

    “Setelah sekian lama bangunan ini tersendat, kami merasa senang team dari kapon dan komsos KAP datang memberi angin segar untuk membantu mencarikan dana melalui para donatur,” kata Kayus Asung.

    Menutup wawancaranya Asung menyampaikan bahwa masyarakat disana bergotong royong untuk membangun gereja setiap hari Rabu dan Minggu pukul 14.00 WIB. Ia berharap umat di stasi lebih semangat dan memiliki keyakinan bahwa kerja keras mereka akan menjadi nyata.(Wawancara: Romanus-MajalahDUTA).

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles