Oleh: Albertus Chandra, Mahasiswa Magister FISIP Untan
MajalahDUTA.Com,Pontianak – Hari tari dunia pertama kali dicanangkan di tahun 1982 oleh lembaga tari internasional CID–Counseil Internasional de la Danse. Tujuannya adalah untuk mengajak seluruh warga dunia berpartisipasi untuk menampilkan tarian-tarian negara mereka yang jumlahnya beragam.
Di tahun 2003, Professor Alkis Raftis yang saat itu menjadi Presiden CID mengatakan bahwa pelestarian budaya menari masih sangat minim. Tidak ada lembaga atau organisasi yang mendanai bidang seni tersebut secara memadai, tidak ada pendidikan seni tari, sehingga ketertarikan warga untuk menekuni bidang tari masih sangat rendah.
Baca Juga: DOKTRIN DAN RADIKALISME
Bersama-sama dengan UNESCO, CID menjadi wadah bagi para warga dunia untuk mementaskan pertunjukan tari dari budaya mereka. Dengan begitu diharapkan semua generasi muda dapat terus melestarikan budaya melalui seni tari. Di awal tahun 2007, promosi untuk merayakan Hari Tari semakin gencar dilakukan.
Pelestarian Budaya Melalui Seni Tari
Dengan berfokus pada anak-anak, lembaga tari internasional CID meminta seluruh anak sekolah untuk berpartisipasi dalam lomba menulis esai tentang tarian di negara mereka, melukis bertemakan tari, bahkan lomba menari yang dilakukan di jalanan. Sejak saat itu, Hari Tari Dunia semakin diapresiasi warga sehingga banyak pertunjukan tari diadakan untuk memeringati hari tersebut.
Menari merupakan gerak tubuh untuk membahasakan/menyampaikan sebuah kisah sesuai prasangka seseorang. Menari tak hanya sekedar menghafal gerakan mengikuti irama saja, melainkan menyelaraskan hati, agar lebih mudah untuk dihayati dalam sebuah pertunjukan.
Seni tari sering kita jumpai diacara-acara pada umumnya, seperti; pembukaan sebuah kompetisi, penyambutan tamu terhormat, acara pernikahan dan sebagainya. Baik itu tari tradisonal maupun modern. Bahkan, perkembangan teknologi pun dapat membuat kita belajar mengenai seni tari secara mendalam.
Pertunjukan Seni Tari
Dalam rangka memperingati Hari Tari sedunia yang jatuh pada tanggal 29 April, biasanya diadakan berbagai macam pagelaran tari dibuat diseluruh dunia. Namun, kali ini berbeda dari tahun sebelumnya, dimana pagelaran untuk memperingati Hari Tari sedunia tidak dapat dilaksanakan. Karena dunia sedang dilanda masalah (COVID-19).
Baca Juga: Kekuatan Kelemah-lembutan Terhadap Diri Sendiri oleh St Fransiskus de Sales
Kesadaran matahari, kesabaran bumi dan keberanian cakrawala seolah menjadi saksi bisu dalam sejarah ini. Dampak keberlangsungan memaksa untuk berdamai didalam keheningan dan kesunyian. Didalam keheningan dan kesunyian itu pula kita menyatukan doa dan harapan, agar pandemi ini cepat berlalu dan dunia kembali pulih.
Pandemi dan Hari Tari
Mari kita hadapi dengan damai terhadap diri sendiri, maka akan lahir cinta. Dengan rasa damai dan cinta, ketika kita menghadapi segala macam permasalahan didalam kehidupan maka akan lahir pula kebijaksanaan. Artinya kebijaksanaan tidak akan lahir tanpa diawali dengan kedamaian. Semoga pandemi ini cepat kelar, hingga peringatan Hari Tari dapat gelar ditahun berikutnya. Amin.