MajalahDUTA.Com, Sekura- Sebagai insan yang tahu dan mengerti akan apa yang baik dan buruk, pastinya mengerti dan tahu dengan pengaruh dari menonton pornografi. Pornografi merupakan gambar atau video atau tulisan yang menggambarkan perilaku seksual untuk menimbulkan gairah seksual.
Biasanya konten pornografi tersebar mulai dari film, animasi kartun, foto, komik, majalah, dan bahkan pada games atau permainan. Patut diwaspadai dan berhati-hati bahwa pornografi diketahui dapat membuat kecanduan dengan cara yang sama persis dengan kecanduan narkoba.
Mulai dari satu kali menonton
Mulai dari menonton video porno, bisa menyebabkan seseorang ketagihan bahkan ingin menyaksikannya lagi dan lagi.
Ditambah dengan munculnya internet, pornografi menjadi semakin banyak tersedia.
Sebagian besar dari internet dikhususkan untuk situs pornografi apalagi penayangan di kalangan orang dewasa dan anak di bawah umur terus meningkat.
Sementara, ketika sudah ketagihan, otak seseorang lantas dipenuhi dengan rangsangan. Akibatnya, mereka akan terbiasa berpikir kotor dan bisa melakukan hal yang tidak boleh dilakukan.
Bukan hanya itu, kecanduan pornografi bahkan diyakini bisa merusak bagian otak tertentu.
Kemudahan akses konten pornografi memungkinkan tingginya tingkat kecanduan pornografi bahkan penggunaan pornografi dan kecanduan dikenal dengan stigma negatif dari kelompok agama dan sosial.
Meskipun kecanduan pornografi dapat mengganggu gaya hidup dan hubungan yang sehat, namun yang paling parah untuk tekanan sosial ini dapat membuat mereka akan memiliki kelainan bisa jadi takut untuk terbuka dalam bicara atau mencari pengobatan.
Dilansir dari The Recovery Village ada fakta-fakta dan data statistik yang disajikan sebagai upaya kampanye penanganan kecanduan pornografi.
Prevalensi pornografi
Menurut Wikipedia Prevalensi sendiri merupakan proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam dunia kedokteran,m karakteristik yang dimaksud meliputi penyakit atau faktor risiko.
Sekitar 12% dari semua halaman web adalah pornografi. Seiring pertumbuhan internet secara eksponensial, jumlah pornografi di internet juga meningkat. Sebanding dengan jumlah kontennya yang meningkat, tingkat kemudahan mengakses juga meningkat.
Baca Juga:
- Uskup Agung Pontianak Nostalgia di Paroki St. Petrus dan Paulus Sekadau
- Museum Vatikan: Karya Belas Kasih
Kemudahan akses pada gilirannya membuat paparan pornografi yang disengaja atau tidak disengaja meningkat di kalangan anak di bawah umur. Paparan pornografi saat masih anak-anak atau remaja dapat menimbulkan gagasan yang tidak sehat tentang hubungan seksual.
Internet bukan satu-satunya sumber pornografi yang ada di pasaran. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2006 menemukan bahwa sekitar 84% orang yang berusia antara 18 dan 49 tahun pernah menonton film porno, baik di sewa atau di televisi. Sementara 82% lainnya telah melihat majalah porno.
Kecanduan porno
Orang yang menonton film porno tidak selalu kecanduan. Kecanduan terjadi ketika seseorang tidak dapat mengendalikan dorongannya untuk menonton pornografi dan sejauh hal itu mulai berdampak negatif pada aspek kehidupan mereka.
Orang-orang seperti itu sering merasa malu dengan penggunaan pornografi mereka dan seringkali memiliki keinginan untuk menguranginya tetapi ternyata tidak mampu. Seringkali, mereka akhirnya beralih ke konten yang lebih hardcore dan terkadang ilegal untuk memenuhi kebutuhan mereka yang meningkat akan materi yang merangsang.
Saat ini, kecanduan pornografi, atau penggunaan pornografi yang bermasalah, memengaruhi sekitar 5–8% populasi orang dewasa. Orang yang kecanduan pornografi maya menghabiskan setidaknya 11-12 jam menonton film porno online setiap minggu, meskipun jumlah ini bisa jauh lebih tinggi.
Meningkatnya anak-anak yang terpapar pornografi internet juga berkontribusi pada peningkatan kecanduan pornografi.
Rata-rata usia pertama kali terpapar pornografi adalah bocah 11 tahun. Sebanyak 93,2% anak laki-laki dan 62,1% perempuan pertama kali melihat pornografi sebelum mereka berusia 18 tahun.
Paparan awal terhadap pornografi berkorelasi dengan peningkatan penggunaan pornografi dan kecanduan di kemudian hari.
Statistik pornografi online
Banyak penelitian telah dilakukan tentang penggunaan pornografi online. Ini telah mengungkapkan beberapa fakta menarik tentang penggunaan pornografi:
- 25% permintaan mesin pencari terkait dengan seks
- 35% unduhan dari internet adalah pornografi
- 40 juta orang Amerika mengatakan mereka secara teratur mengunjungi situs porno
- 70% pria berusia 18 sampai 24 mengunjungi situs porno setidaknya sebulan sekali
- Kelompok konsumen pornografi online terbesar adalah pria berusia antara 35 dan 49 tahun
- Sepertiga dari semua pengguna pornografi internet adalah wanita
- Minggu adalah hari paling populer dalam seminggu untuk menonton film porno
- Thanksgiving adalah hari paling populer dalam setahun untuk menonton film porno
Pengaruh kecanduan pornografi pada hubungan
Penggunaan pornografi itu sendiri tidak secara inheren menjadi masalah dalam hubungan intim. Menonton film porno bisa menjadi cara yang baik untuk merangsang gairah seksual dan bisa menjadi aktivitas ikatan antar pasangan.
Namun, penggunaan pornografi yang berlebihan dapat menyebabkan kesulitan di kamar tidur, perselingkuhan, dan masalah hubungan lainnya.
Baca Juga:
- “Patris Corde” mendorong kita untuk mengingat St. Joseph
- Dewan Kepausan Untuk Dialog Antar Umat Beragama: Pesan Menyambut Datangnya Ramadhan dan Idul Fitri 1441 H. / 2021 A.D.
Pada 2013, majalah Cosmopolitan mensurvei 68 terapis seks top di Inggris Raya. Dari mereka, 86% merasa bahwa pornografi merusak hubungan mereka dan 90% mengalami peningkatan masalah hubungan karena penggunaan pornografi.
Sebagian besar terapis seks juga mengatakan bahwa pornografi meningkatkan ekspektasi pria terhadap seks dengan pasangannya, sedangkan pornografi berdampak negatif pada kepercayaan seksual wanita. Efek ini dapat menyebabkan kecemasan dan ketidakpuasan kinerja baik pada pria maupun wanita.
Survei lain mendukung angka-angka tersebut. Sebuah studi dari tahun 2012 menemukan bahwa penggunaan pornografi pria dapat menurunkan harga diri istri dan pacar mereka.
Penggunaan pornografi yang jarang tidak berdampak negatif pada pernikahan atau hubungan romantis lainnya. Namun, semakin sering pria melihat pornografi, pasangan wanita mereka cenderung semakin tidak aman dan tidak bahagia.
Sekitar 56% dari proses perceraian mengutip “minat obsesif” pada situs porno. Sebaliknya, penelitian lain menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan pornografi sendiri cenderung memiliki kualitas seks yang lebih tinggi.
Kecanduan pornografi dan gangguan penyerta
Kecanduan pornografi sering kali terjadi bersamaan dengan gangguan kesehatan mental lainnya. Beberapa masalah yang berkaitan dengan kecemasan sosial dan kesepian dapat menyebabkan kecanduan porno, sementara yang lain mungkin berasal dari kecanduan itu sendiri.
Kondisi yang sering terjadi bersamaan dengan kecanduan pornografi meliputi:
- Depresi
- Kecemasan
- Kecemasan sosial
- Gangguan mood
- Kecanduan seks
- Gangguan penggunaan zat
- Masalah memori
- Merokok dan penggunaan tembakau
- Disfungsi ereksi
Biaya porno
Industri pornografi sangat besar, meraup sekitar $ 16,9 miliar setiap tahun di Amerika Serikat saja. Biaya yang terkait dengan penyalahgunaan dan kecanduannya lebih tidak langsung, dan dampak finansialnya bisa sulit diukur.
Baca Juga: Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus Kecam Aksi Bom Bunuh diri di Katedral Makassar
Kecanduan pornografi dapat merugikan masyarakat dalam banyak hal. Salah satunya adalah produktivitas yang hilang. Sebanyak 28% orang yang menggunakan komputer di tempat kerja mengunjungi halaman web seksual saat berada di tempat kerja. Melihat pornografi di tempat kerja berisiko dipecat karena kebiasaan ini.
Lainnya adalah biaya terapi untuk menangani masalah hubungan dan kecanduan pornografi. Orang yang berjuang melawan kecanduan pornografi juga sering memiliki masalah keuangan akibat penggunaan pornografi.
Statistik pengobatan kecanduan pornografi
Dengan terapi khusus, prognosis untuk kecanduan pornografi adalah langkah yang baik. Perawatan untuk kecanduan pornografi serupa dengan perawatan untuk perilaku kompulsif lainnya.
Psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif, terapi bicara, dan konseling adalah bentuk pengobatan yang paling umum dan efektif. Penelitian awal juga menunjukkan janji untuk penggunaan naltrexone, obat yang digunakan untuk mengobati jenis kecanduan lainnya.
Banyak orang yang kecanduan pornografi enggan mencari bantuan karena rasa malu dan stigma yang terkait dengan kecanduan mereka. Namun, dengan terapi yang tepat, tingkat keberhasilan bisa jadi cukup tinggi.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pasien yang menjalani bentuk terapi khusus, seperti terapi penerimaan dan komitmen (ACT), mengurangi menonton porno sebanyak 92% setelah pengobatan. Setelah tiga bulan, penggunaan pornografi mereka masih berkurang hingga 86%.
Kecanduan, seperti penyalahgunaan zat dan pornografi, dapat berdampak besar pada kehidupan mereka yang terkena dampak dan orang-orang yang dekat dengannya.
Kecanduan pornografi berpotensi merusak otak
Dalam video edukasi mengenai Bahaya Pornografi yang dimuat dalam laman resmi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) RI pada Selasa (18/6/2019), dijelaskan bahwa pre frontal cortex atau bagian depan otak para pecandu pornografi akan rusak dan mengecil.
Padahal, bagian otak tersebut memegang peranan penting dalam tubuh yang membuat beda antara manusia dengan hewan.
Berikut ini beberapa kerugian lain yang bisa didapat oleh para pecandu pornografi:
- Fungsi otak menurun
- Jalur komunikasi di dalam otak terganggu.
- Dalam hal ini akan mengganggu fungsi otak seperti, emosi, pemusatan perhatian, pergerakan, kecerdasan dan pengambilan keputusan
- Seseorang mencontoh perilaku seperti yang dilihat dalam tayangan atau gambar pornografi
- Pada anak-anak, pornografi bisa membuat cemas dan sedih karena imajinasi mereka mengenai seksualistas tidak tercapai secara langsung
- Anak-anak juga bisa merasa jiji, syok, malu, marah, dan takut karena mereka masih terlalu muda untuk memperlajari hal-hal tersebut
- Sulit bermain dengan teman-teman karena fungsi kesenangan di otak sudah berbeda dengan anak seumuran lainnya
- Berperilaku kasar, di mana pada saat dewasa orang yang sudah kecanduan pornografi cenderung akan menganggap pasangannya sebagai objek seksual semata sehingga harga diri pasangananya dianggap rendah dan berhak melakukan apapun
Perburuk kesehatan fisik, mental, dan sosial Melansir Buku Parenting untuk Pornografi di Internet (2010) karya Ridwan Sanjaya, Christine Wibhowo, dan Arista Prasetyo Adi, kecanduan pornografi juga dijelaskan dapat membuat otak bagian tengah depan (ventral tegmental area) mengecil atau menyusut.
Baca Juga: Bencana Alam di NTT Jadi Perhatian Diaspora Katolik Sedunia saat Rayakan Paskah
Penyusutan sel otak yang memproduksi dopamine atau zat kimia pemicu rasa senang itu dapat mengacaukan kerja neutotransmitter atau pengirim pesan. Selain itu, kekacauan tersebut akan menimbulkan turunnya self-control dalam diri seseorang.
Menurut Ahli Bedah Saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton, kerusakan otak akibat kecanduan pornografi bahkan lebih berat dibanding dengan kecanduan lainnya.
Tidak seperti adiksi lainnya, kecanduan pornografi tidak hanya memengaruhi fungsi luhur otak, tetapi juga merangsang tubuh, fisik, dan emosi, serta diikuti dengan perilaku seksual.
Sebagai Insan Pengikut Kristus
Maraknya perkembangan teknologi saat ini membuat manusia semakin mudah mengakses segala informasi yang mereka inginkan.Informasi yang tersedia di media massa dan situs-situs tertentu tanpa sadar bisa mengarahkan prilaku orang yang mengaksesnya.
Jika dilihat dari ilmu pengetahuan Marketing misalnya, ada kondisi yang disebut dengan Pengkondisian Klasik atau yang kerap disebut teori classical conditioning. Teori ini ditemukan oleh Ivan Pavlov , seorang dokter asal Rusia.
Pavlov mengungkapkan bahwa kita bisa menghasilkan suatu respons dengan mengombinasikan dua stimulus; stimulus alami dan stimulus buatan.
Pada situasi biasa, stimulus buatan ini nggak menghasilkan respons apa-apa. Tapi apabila dikombinasikan dengan stimulus alami berkali-kali, stimulus buatan ini pada akhirnya akan menghasilkan respons yang sama dengan stimulus alami.
Jika dikaitkan, anggap saja stimulus buatan adalah informasi yang kita akses yang awalnya bagi kebanyakan orang adalah hal biasa. Namun jika satu kali saja informasi sudah masuk ke pikiran manusia maka pada titik tertentu maupun kondisi tertentu entah sedang bosan atau sedang ingin mencari hiburan.
Baca Juga:
- Keluarga Besar Ditjen Bimas Katolik Turut Berdukacita dan Bersatu dalam Doa Bagi Korban Bencana di NTT
- Aksi Peduli Bencana Banjir Badang Longsor NTT- Keuskupan Agung Pontianak
Secara otomatis stimulus alami bergerak bersamaan dengan stimulus yang dipancing dengan teknologi buatan manusia. Titik ini, seseorang berpotensi besar untuk kecanduan.
Sedangkan jika kita berkacamata dari tradisi =kepercayaan iman Katolik. Maka ada yang disebut dengan tujuh dosa pokok manusia yang terdiri dari:
- Pride (keangkuhan)
- Greed (ketamakan)
- Envy (iri hati)
- Wrath (kemarahan)
- Lust (hawa nafsu)
- Gluttony (kerakusan)
- Sloth (kemalasan)
Dosa kecanduan pornografi ada di posisi nomor lima yakni (dosa hawa nafsu).
Sebagai umat yang beriman, Tuhan Yesus mengajarkan pentingnya memiliki sikap untuk berhati-hati dan berjaga-jaga dalam doa agar sebagai pengikut-Nya, setiap insan bisa menghindari terbebas dari dosa dan hidup bebas secara positif dan menjadi terang serta garam untuk dunia. (L).
Disusun oleh: Samuel– Majalah DUTA | Menyuarakan Kabar Baik
Rujukan Utama: Kompas.Com dengan Judul “Apa yang Terjadi pada Otak Pecandu Pornografi? oleh: Irawan Sapto Adhi, Media Faktanews.co dengan judul “Fakta dan Statistik Seputar Pornografi” dirilis pada