Saturday, December 9, 2023
More

    Bagaimana Memperoleh Semangat Doa ? Bagian Pertama…

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- “Aku akan mencurahkan rahmat dan semangat doa atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem.” Zakaria 12:10

    Menilik hati dengan sudut yang lain

    Setelah banyak mendengarkan tentang kemanjuran dan keuntungan-keuntungan doa, kamu pastilah ingin mengetahui cara memperoleh semangat doa yang dimiliki orang-orang kudus, dan yang dijanjikan Tuhan untuk dicurahkan kepada para penduduk Yerusalem. Saya menjawab seperti jawaban St. Fransiskus dari Sales, ketika ia ditanya tentang apa yang harus dilakukan untuk memperoleh kasih akan Allah: “Kita harus mengasihi-Nya” katanya; jadi, dengan cara yang sama, saya berkata bahwa kita harus berdoa untuk belajar cara berdoa.

    Seni, perdagangan, dan bahasa, tidak dapat dipelajari tanpa berlatih; demikian pula doa tidak dapat dipelajari tanpa latihan yang konsisten. Hanya melalui doa yang tiada henti maka orang kudus dapat memperoleh semangat doa.

    BACA JUGA: Mgr. Agustinus Agus Tegaskan: Jadilah Imam Pembawa Perubahan

    St. Teresa terbiasa mempersembahkan dirinya kepada Allah sebanyak lima puluh kali dalam sehari. St. Martha biasa berdoa seratus kali di waktu siang dan malam. St. Fransiskus Borgias juga biasa berdoa seratus kali setiap hari. St. Filipus Neri melakukan semacam rosario dengan kata-kata: “Ya Allah, datanglah menolong aku; Ya Tuhan, bergegaslah menolong aku.”

    Ia mendaraskan rosario ini sebanyak enam puluh tiga kali di waktu siang, dan memerintahkan para peniten untuk melakukan hal yang sama. St. Gertrude mengulangi doa: “Terjadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga”, tiga ratus enam puluh lima kali dalam sehari. St. Leonardus dari Porto Mauricio menyerahkan diri kepada Perawan Maria sebanyak dua ratus kali dalam sehari. St. Fransiskus dari Sales biasa mempersembahkan doa singkat dan sungguh-sungguh di waktu siang dan karenanya menjaga dirinya dalam kehadiran Allah, bahkan di tengah banyak pekerjaan-pekerjaan yang menuntut.

    Saudara Gerard CSSR yang terberkati, kerap kali dipukul oleh mandornya, yang tak tahan melihatnya berdoa di waktu kerjanya. St. Elizabeth dari Hungaria, dalam masa kanak-kanaknya, biasa pergi diam-diam dari teman mainnya selama permainan anak-anak, dan mempersembahkan “Salam Maria.”

    Orang kudus tertentu tidak pernah mempersembahkan bentuk doa apapun selama tiga puluh tahun selain kata-kata sederhana: “Tuhan, kasihanilah aku!” Di akhir hayatnya, Tuhan mencurahkan kerahiman-Nya kepadanya dengan amat berlimpah, menganugerahkan dia dengan tingkat kontemplasi yang tinggi, dan mengangkatnya ke dalam kekudusan yang luhur.

    St. Leonardus dari Porto Mauricio biasa berkata bahwa kita tidak seharusnya membiarkan satu momen berlalu tanpa mengulangi perkataan: “Kasihanilah aku. Ya Yesus, kasihanilah aku!” Ia berkata bahwa ia mengenal seseorang yang mengulangi doa ini: “Yesus, kasihanilah aku!” seratus kali dalam waktu kurang dari satu jam.

    Refleksi ditengah keseharian 

    St. Bartolomeus biasa mempersembahkan kepada Allah dua ratus adorasi harian. Kita membaca dalam Brevir Romawi bahwa St. Patrick, ketika menjaga kawanan domba tuannya, berdoa kepada Allah seratus kali di waktu siang dan malam; dan ketika menjadi uskup, setiap hari ia mengucapkan seluruh Mazmur yang mengandung seratus lima puluh Mazmur, dan banyak kidung dan himne, selain dua ratus doa lainnya; ia juga melakukan tiga ratus genufleksi setiap hari, demi menghormati Tritunggal Mahakudus, dan membuat Tanda Salib seratus kali pada tiap jam kanonik.

    Sebelum St. Margareta dari Cortona diangkat oleh Allah ke dalam tingkat doa yang tinggi, ia biasa menghabiskan waktu meditasinya dengan mendaraskan “Bapa Kami.” Ia mengucapkan doa yang indah ini sebanyak seribu kali dalam sehari.

    Baca Juga: Uskup Agung Pontianak Berkati Pastoran St. Paulus dari Salib Paroki Mandor

    Ia mengucapkan tiga ratus “Bapa Kami” demi menghormati Tritunggal Mahakudus, seratus kali dalam menghormati Bunda Allah yang Terberkati; dan seratus kali sebagai penebusan bagi dosa-dosanya; seratus kali untuk Ordo Fransiskan; seratus kali bagi rakyat Cortona; seratus kali untuk mereka yang menghinanya, dan ratusan lainnya untuk Bapa Suci, untuk semua Ordo gerejawi, bagi para pendosa, kaum bidat, skismatik, orang Turki, Yahudi, dan kafir.

    St. Alfonsus, sebelum ia tidur, biasa melakukan tindakan devosi berikut ini: sepuluh kali tindakan kasih, sepuluh kali tindakan kepercayaan, sepuluh kali tindakan keselarasan dengan kehendak Allah, sepuluh kali tindakan kasih akan Yesus Kristus, sepuluh kali tindakan kasih kepada Perawan Maria; sepuluh kali tindakan kasih kepada Yesus dalam Sakramen Mahakudus, sepuluh kali tindakan kepercayaan dalam Perawan Maria, sepuluh kali tindakan penyerahan diri dalam penderitaan, sepuluh kali tindakan berpasrah pada Yesus Kristus, sepuluh kali tindakan berpasrah kepada Perawan Maria, dan sepuluh permohonan untuk mengetahui dan melakukan kehendak Allah.

    Apabila orang kudus ini melakukan banyak tindakan devosi sebelum tidur, berapa banyak yang telah dilakukanya di sepanjang hari?

    Kamu mungkin bertanya, bagaimana bisa seseorang berdoa sebanyak itu di sepanjang hari? St. Alfonsus sendiri menjawab pertanyaan ini. Ia berkata, “Berikan aku jiwa yang sungguh mengasihi Allah, dan ia akan tahu cara melakukannya.” Bagi jiwa yang sungguh mengasihi, memikirkan kekasihnya dan sering berbicara dengan-Nya secara akrab, merupakan hal yang manis dan menyenangkan.

    Tapi kamu akan berkata: “Aku tidak bisa berdoa sebanyak yang dilakukan orang kudus; untuk melakukan ini, aku sendiri harus menjadi orang kudus. Apabila aku tidak dapat memperoleh semangat doa kecuali aku melakukan sebanyak yang mereka lakukan, aku harus meninggalkan segala harapan untuk memperolehnya.”

    Tahan sedikit, dan bersabarlah

    Sahabatku, bersabarlah sedikit! Roma tidak dibangun dalam sehari. Orang-orang kudus tidak memperoleh semangat doa dengan seketika; latihan doa bukanlah hal yang alami bagi mereka pada awalnya; tapi mereka bertekun kendati menghadapi setiap hambatan, dan akhirnya diangkat kepada tingkat kontemplasi yang tinggi.

    Misionaris Peru yang ternama, Romo Diego Martinet, yang mempertobatkan ribuan orang kafir melalui pewartaan dan keutamaan-keutamaannya, hidup dalam persekutuan tiada henti dengan Allah; ia biasa menghabiskan seluruh malam dalam doa.

    Terkadang ia dilihat sedang terangkat di udara bahkan berada di atas pohon-pohon tertinggi; pada waktu itu ia tampak dikelilingi kegemilangan surgawi, dan berlutut di antara dua tiang api yang cemerlang. Tapi ia tidak puas dengan berdoa di waktu malam; ia juga berdoa di waktu siang seluruhnya.

    Baca Juga: Tahbisan Dua Diakon Kongregasi CSE (Carmelitae Sancti Eliae)

    Sebagaimana ia terus-menerus sibuk dengan karya misionernya, ia mempertahankan semangat doa dan rekoleksi dengan doa-doa singkat namun bersemangat yang teratur dilakukannya; doa-doa singkat ini jumlahnya sering melebihi empat ribu, bahkan lima ribu, dalam sehari. Ia memperoleh semangat doa yang mengagumkan ini hanya melalui tahapan-tahapan yang lambat.

    Ketika memasuki Novisiat, ia bertekad untuk mengangkat hatinya kepada Allah tujuh kali dalam sehari. Setelah beberapa waktu ia menambah jumlah doa-doa singkat ini menjadi seratus kali setiap hari, dan sebelum akhir novisiatnya, menjadi lima ratus kali. Akhirnya cara berdoa ini menjadi begitu akrab dengannya, sehingga jumlah doa-doa singkatnya mencapai empat ribu atau lima ribu setiap hari.

    Carilah Keutamaan

    Orang-orang kudus menggunakan doa-doa singkat dan bersemangat ini sebagai salah satu dari cara-cara yang teramat manjur dalam memperoleh semangat doa. Kamu juga akan melakukan perkembangan besar dalam keutamaan yang amat penting ini asalkan kamu menggunakan sarana-sarana ini sebagaimana yang dilakukan orang kudus – dengan sungguh-sungguh dan tekun.

    Tapi kamu akan bertanya, “Bagaimana aku bisa menghitung doa-doa singkat dan aspirasiku? Hal ini terlalu menyusahkan!” Aku menjawab, “Apabila kamu sungguh mengasihi jiwamu, maka kamu akan segera mendapati jalan keluar untuk menghitungnya, sama seperti seorang pedagang yang mengetahui cara menghitung setiap sen yang ia habiskan atau terima.”

    Untuk melakukan ini, kamu dapat menggunakan manik-manik rosario seturut teladan St. Filipus Neri, atau kamu dapat menghitung doa singkatmu dengan menggunakan jarimu, atau melalui jam-jam setiap hari, menghitung jumlahnya selama tiap jam; sebab sampai kamu telah memperoleh kebiasaan untuk berdoa di mana saja, saya menasihati kamu untuk menghitung doa-doa singkatmu, agar kamu tahu apakah kamu sudah berkembang dalam doa atau tidak.

    Baca Juga: Tujuh Pesan Fatima: Penjelasan Kardinal Ratzinger (Paus Benediktus XVI)

    Apabila kamu telah bertekad untuk mendaraskan dalam sehari lima kali “Bapa Kami” atau “Salam Maria” atau “Yesus, kasihanilah aku” atau “Yesus, berikanlah aku semangat doa” atau doa aspirasi lainnya yang sejenis, kamu harus cermat untuk menghitung jumlah doa-doa singkat yang kamu terapkan pada dirimu; dan segera sesudah kamu memperoleh kemudahan dalam melakukan jumlah yang ditetapkan dalam satu jam, tambahkan jumlahnya menjadi sepuluh; dan, sesudah berhasil secara teratur mendaraskan sepuluh kali dalam sejam, tambahkan lagi jumlahnya, dan seterusnya, sampai cara berdoa ini menjadi alami bagimu, dan bahkan menjadi keinginan nyata bagi jiwamu.

    Apabila pada awalnya kamu tidak merasakan kegemaran dalam melakukan doa-doa singkat ini, tetaplah melanjutkannya, dan secara bertahap, seperti orang kudus, kamu akan diangkat ke dalam bentuk doa dan kontemplasi yang lebih tinggi dan sempurna.

    Bersambung…

    Oleh: (L)- Referensi: pustakakatolik16.wordpress[.]com

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles