Oleh: Eva Kaltari wana, Prodi Bahasa Inggris, Semester VI, STKIP Pamane Talino -Ngabang.
MajalahDUTA.Com,Pontianak-Sepuluh hari berada di kampung Selabih Atas, desa Sebalo, kabupaten Bengkayang. Di hari pertama, aku dan teman-teman harus berjalan kaki menuju kampung dengan jarak tempuh sekitar 5 Km jauhnya, hal itu dikarenakan jalan yang kami gunakan untuk menuju ke tempat BAKSOS tertimbun tanah longsor.
Naik turun bukit tanpa alas kaki, jalan licin dan banjir menjadi panorama yang menghiasi perjuangan kami. Gelap gulita (tanpa listrik), berhentinya rutinitas dunia medsos (tanpa signal), serta keterbatasan air menjadi pelengkap perjuanganku dan teman-teman mahasiswa/i STKIP Pamane Talino – Ngabang.
Baca Juga: Jeritan Anak Selabih untuk Pemerintah Bengkayang
Setiap hari aku dan teman harus mengangkut air untuk kebutuhan di toilet, memasak, dsb. Di saat hendak mandi, kami harus mencari tempat yang bisa digunakan untuk mandi.
Saling tunggu-menunggu adalah rutinitas keseharian kami. Akan tetapi, dari semua itu aku belajar tentang bagaimana cara menghemat air dsb. Aku juga diajak untuk belajar tentang pentingnya sikap bertanggung jawab atas tugas-tugas yang dipercayakan kepadaku.
Pentingnya sikap bertanggungjawab
Belajar menjadi guru yang baik untuk anak-anak didikku kelak. Sabar ketika harus berhadapan dengan anak-anak yang terlalu aktif, dan sabar ketika harus berhadapan dengan rekan satu team yang terkadang tidak sepahaman denganku.
Belajar tentang bagaimana carannya hidup bersama, dimana pentingnya sikap untuk mau saling tolong-menolong, dan memanagemen (membagi) waktu sebaik mungkin. Belajar akan pentingnya usaha dan kerja keras.
Pengalaman lain juga yang sangat luar biasa bagiku adalah ketika di awal kedatanganku dan teman-teman. Kami disambut dengan sangat baik. Hal itu terlihat dari semangat warga yang rela memikul barang bawaanku dan teman-teman.
Baca Juga: STKIP Pamane Talino – Ngabang Menjadi Sandaran dan Harapan Masyarakat Kalimantan Barat
Dan ketika sampai di rumah, aku dan teman-teman disediakan tempat istirahat yang baik. Aku juga merasa bangga, oleh karena anak-anak di sana begitu bersemangat untuk belajar, mereka selalu ingin belajar dan belajar.
Semua ini tidak akan berjalan lancar jika tanpa campur tangan Tuhan yang Ia perlihatkan lewat kehadiran Fr. Ardi, yang tentunya menjadi teladanku dan teman-teman IMK (Ikatan Mahasiswa Katolik).
Semangatnya membuat aku dan teman-teman semakin siap untuk menghadapi tantangan. Dia pernah berkata: “Iblis itu tidak suka dengan perbuatan baik, makanya setiap kita hendak berbuat baik pasti selalu ada saja halangan yang datang.”
Jiwa Kepemimpinan
Fr. Ardi adalah sosok yang tegas. Ia juga pernah berkata: ” Menjadi pemimpin itu harus tegas, tidak apa-apa banyak yang ngak suka. Menjadi pemimpin memang tidak mudah, apalagi setiap orang punya pemikiran atau pendapat yang berbeda dan kamu jangan pernah takut untuk dibenci”.
Harapan saya semoga Gereja yang dulunya beratapkan langit beralaskan tanah segera berdiri kokoh dan kami diberikan kesempatan untuk kembali kesana lagi.