Oleh: Yulita Oktaviana, Prodi Bahasa Inggris, Semester IV, Mahasiswa STKIP Pamane Talino-Ngabang
MajalahDUTA.Com,Pontianak-Pada tanggal 4-14 Februari 2021, Aku, Fr. Ardi bersama keluarga IMK (Ikatan Mahasiswa Katolik) STKIP Pamane Talino Ngabang mengadakan Baksos (Bakti Sosial) Di Desa Sebalo, Dusun Selabih Atas, Kab. Bengkayang.
Kegiatan yang kami laksanakan ini adalah salah satu dari PROKER (Pogram Kerja) IMK. Disana kami menghabiskan waktu selama sepuluh hari lamanya. Tiga hari sebelum keberangkatan aku sempat merenung: “apakah tempatnya sangat jauh atau tidak, dingin/panas ya…di daerah sana dan apakah masyarakatnya sangat welcome dengan kedatangan kami ?”
Keluarga
Dan ternyata apa yang aku pikirkan itu memang benar terjadi. Tempatnya sangat jauh dan ketika malam hari cuacanya dingin.
Baca Juga: Apa Makna “Jalan Salib” Bagi Umat Katolik?
Akan tetapi, yang membuat saya bersemangat adalah antusias masyarakatnya sangat tinggi. Hal itu diperlihatkan yakni ketika mereka menjemput kami di desa Setia Budi (Sebalo), dengan berjalan kaki dan jarak tempuh kurang lebih 5 km.
Perjalanan kami sangatlah jauh, dan untuk menempuh kampung yang akan dituju kami
harus jalan kaki sekitar kurang lebih 2 jam dikarenakan jalannya licin dan harus turun naik
bukit.
Ditambah lagi dengan peristiwa tanah longsor yang tak pernah aku duga sebelumnya.
Dari peristiwa itu, awalnya aku yakin bahwa segala niat baik yang ingin kami kerjakan pasti
dapat berjalan dengan baik, akan tetapi kenyataannya ternyata banyak sekali tantangan/cobaan yang harus kami hadapi.
Antusiasme
Atas itu semua, saya pun sadar bahwa ini semua adalah suatu sapaan dari Tuhan, dan tentunya menjadi pengalaman dan pelajaran hidup yang paling berharga bagiku dan teman-teman yang lain.
Baca Juga: Mgr. Agustinus Agus Tegaskan: Jadilah Imam Pembawa Perubahan
Aku bersyukur bahwa dari awal hingga berakhirnya kegiatan ini, aku dan teman-teman lainnya tidak pernah patah semangat, tetap bersemangat dalam melayani masyarakat.
Walau pun tempatnya jauh tanpa listrik, tanpa sinyal dan akses jalan yang kurang memadai, tetapi aku merasa bangga bisa memberikan yang terbaik untuk umat-umat di dusun Selabih Atas.
Dan dari pengalaman itu pula, aku belajar akan pentingnya bersyukur kepada Tuhan, menerima dan menjalani segala keadaan dengan lapang dada.
Pengalaman dan Pelajaran
Kemudian pengalaman yang paling berkesan bagiku adalah pada cara masyarakat menjamu kami, mengajari kami bagaimana berucap dengan menggunakan bahasa Bekati.
Itulah suatu pengalaman yang sangat mengesankan bagiku. Kemudian berkenaan dengan aktivitas kami selama di sana, memang tujuan kami ialah membangun gereja, seperti yang diceritakan Fr. Ardi bahwa gereja itu sudah tidak layak pakai: “beratap langit beralaskan bumi.”
Baca Juga: Rumah Tuhan yang Telah Lama Dibiarkan Kesepian
Akan tetapi, selain itu kami juga memberikan bimbingan belajar kepada adik-adik yang karena pandemi COVID-19 mereka tidak bisa melakukan kegiatan belajar di sekolah. Pengalaman mengajar adalah salah satu pengalaman berharga bagiku, terutama berkenaan dengan profesiku sebagai calon guru.
Melayani
Aku bangga dan semakin bersemangat dalam menjalani proses perkuliahaan, apalagi melihat semangat belajar adik-adik yang kami bimbing sungguh luar biasa. Mereka pernah berkata bahwa: “kak kami biasanya pergi sekolah jalan kaki dan berangkat sekolahnya jam 4 subuh dari rumah”.
Mendengar hal itu, tentu sebagai mahasiswa aku benar-benar terharu, apalagi aku sendiri tidak pernah mengalami hal sulit seperti itu. Dan yang lebih mirisnya lagi, banyak anak-anak yang seharusnya duduk di bangku sekolah terpaksa harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sebetulnya belum saatnya mereka alami yakni bekerja mencari emas.
Baca Juga: KONGREGASI DOMINIKAN BUNDA MARIA ROSARIO SUCI
Intinya adalah bahwa banyak pelajaran berharga yang bisa aku ambil dari pengalaman yang pernah aku lalui ini, semoga kenangan ini bisa menjadi sejarah dalam hidupku.
Dan membuatku semakin sadar akan pentingnya keterlibatan dan kepedulian kepada masyarakat, terutama masyarakat kecil yang membutuhkan.
Adapun makna rohani yang bisa kupetik adalah bahwa semua ini merupakan uluran
tangan kasih Tuhan untukku dan keluarga besar IMK (Ikatan Mahasiswa Katolik), supaya bisa menjadi pelayan dan membantu mereka yang membutuhkan. Tuhan pasti akan selalu
memberikan rancangan yang indah dalam hidup kita.