Saturday, December 9, 2023
More

    Melayani Tidak Harus Mahal

    Oleh: Rosalia Dewi, Prodi Bahasa Inggris, Semester IV, Mahasiswa STKIP Pamane Talino Ngabang

    MajalahDUTA.Com,Pontianak-Ketika awal mendengar bahwa ada rencana Bakti Sosial di Dusun Selabih Atas, saya merasa senang sekali dan tidak sabar untuk segera menawarkan diri. Tetapi keinginanku tak sejalan dengan apa yang ada di pikiran kedua orang tuaku, mereka tidak menyetujui keinginanku.

    Mereka takut, apalagi mengetahui situasi saat ini yaitu Covid-19. Meskipun demikian, aku tetap berpikir positif bahwa kedua orang tuaku sunguh menyayangiku. Aku berusaha terus-menerus agar hati kedua orang tuaku menjadi lunak, sampai-sampai aku harus bertindak sedikit keras kepada orang tuaku. Dan syukur kepada Allah, akhirnya aku mendapatkan izin dari mereka.

    Ketika hendak berangkat, hatiku menjadi sedih oleh karena hujan tidak henti-hentinya menguyur perjalanan kami. Jadwal keberangkatan yang sudah kami tentukan terpaksa kami undur, sampai hujan berhenti.

    Baca Juga: Mgr. Agus Ucapkan Terima Kasih untuk Indonesia Award Center

    Dan syukur kepada Allah, hujan pun mulai reda dan akhirnya kami berangkat. Lalu tantangan lain lagi adalah bahwa ketika di dalam truck yang kami tumpangi, semua temanku yang perempuan mabuk perjalanan. Dan syukur kepada Allah, semuannya dapat kami tangani berkat kekompakan kaum adamnya.

    Bersyukur Kepada Tuhan

    Hari pun menunjukkan jam makan siang dan pak sopir kami segera mencari tempat persinggahan untuk makan. Awalnya beliau mengajak kami untuk rehat sejenak di area biara Bandol, namun karena sekarang sedang pandemi kami tidak diijinkan masuk. Akhirnya kami pun berhenti di teras rumah orang. Setelah selesai, kami pun melanjutkan perjalanan kami.

    Perjalanan kami berhenti sejenak di Paroki St. Pius X Bengkayang, demi mempersiapkan perjalanan ke lokasi Baksos.  Setelah itu, kami pun bersiap berangkat ke desa Sebalo. Tetapi sesampainya di sana, kami mendapatkan informasi yang sungguh mengejutkan, yakni telah terjadi longsor dan banjir setinggi dada orang dewasa di jalur transportasi utama.

    Saya dan teman-teman menjadi binggung tentang bagaimana carannya kami bisa ke sana, apalagi barang bawaan kami banyak. Aku saja membawa koper yang tidak ringan. Salah satu kekhawatiran ku adalah tentang barang bawaan pribadi yang begitu banyak dan berat.

    Baca Juga: Apa Makna “Jalan Salib” Bagi Umat Katolik?

    Tetapi kekhawatiran itu akhirnya sirna, ternyata sudah banyak umat yang menunggu kehadiran kami. Dan barang bawaan ku pun dibawa oleh mereka. “Terima kasih bapak-bapak”. Bersama umat, kami pun melakukan perjalanan dengan berjalan kaki.

    Ketika pemberitahuan awal, Fr. Ardi mengatakan bahwa jaraknya kurang lebih 200 meter, tetapi nyatannya adalah 5 kilometer. Dan dalam perjalanan, banyak sekali kisah baik suka maupun duka yang kami temui. Ada yang jatuh karena licin, ada kaki yang masuk ke dalam jalan yang berlumpur. Meskipun demikian, tetap ada teman yang selalu menghibur kami.

    Perjalanan

    Ketika sampai di dusun Selabih Atas, kami semua disambut dengan luar biasa oleh umat setempat. Di sinilah kami mulai dinamika keseharian kami selama sepuluh hari. Kebersamaan meskipun tanpa sinyal dan listrik, selalu terjadi dalam diri kami semua.

    Di sini kami bisa belajar tentang bagaimana menjadi pribadi yang sederhana dan menghargai setiap pekerjaan-pekerjaan kecil. Dan banyak lagi pelajaran berharga yang boleh saya temui. Aku selalu bersyukur kepada Tuhan atas pengalaman yang boleh aku alami selama sepuluh hari di tempat ini.

    Baca Juga: Pemusnahan Barang Bukti Narkotika di Direktorat Reserse Narkoba Polda Kalbar

    Aku dan teman-teman Ikatan Mahasiswa Katolik didampingi oleh seorang Frater yang memurutku keren, unik, berbeda dari frater lainnya.  Namanya adalah Frater Ardi. Ia mengarahkan kami tentang apa yang harus kami lakukan selama di sini.

    Untuk yang perempuan, kami diberi tanggung jawab mengajar anak-anak Sekolah Dasar hingga pada jenjang SMP. Lalu teman-teman laki-laki, mereka diberi tanggung jawab untuk membantu proses pembangunan gereja.

    Sederhana dan menghargai

    Adapun gebrakan yang aku lakukan, diantarannya: memberanikan diri untuk mengambil langkah selanjutnya yaitu membaur dengan masyarakat luar dan dengan anak-anak, membagikan apa yang aku ketahui dengan anak-anak dan orang tua, mendampingi dan mengarahkan mereka selayaknya seorang guru, mengamati sikap atau perilaku anak-anak yang tentunya akan bermanfaat bagi persiapanku kelak menjadi guru, mendekati dan mendampingi anak-anak yang dalam hal intelektual masih harus didampingi, dan masih banyak lagi.

    Baca Juga: Pentingnya Bersyukur Kepada Tuhan

    Dan pelajaran lain yang aku peroleh, terutama untuk memperbaiki kepribadianku, antara lain: belajar mengatur emosi, belajar menjadi pribadi yang penyabar, dll.

    Adapun hikmah yang bisa kuperoleh dari kegiatan Bakti Sosial ini adalah tentang indahnya kesederhaan, bersyukur, cinta dan kasih Tuhan selalu bersama kita. Yesus wafat di kayu salib  untuk menebus dosa kita, Dia menderita berjuang melawati maut hingga wafat di salib demi kita. Kabahagian tidak selalu tentang harta tahta dan gelar tetapi lewat kesederhanan ,pengorbanan dan tindakan kita yang membuat orang lain senang adalah sebuah kebahagian bagi kita.

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles