Peserta Lomba Menulis di Bulan Arwah, Penulis: Margaretha Poppy Pupo Bagara, Alamat: Gunung Benuah, No. Hp: 085705507261, IG: @pupu_bagara01
MajalahDUTA.Com, Pontianak- Kalian pasti pernah merasakan kehilangan seseorang yang kalian sayangi didalam keluarga kalian. Inilah yang dirasakan bibiku dan kami semua (keluarga besar), 5 bulan yang lalu (16 Juni 2020) kami ditinggalkan oleh paman kami yang tercinta, ditinggalkan untuk selama-lamanya.
Bibiku yang dulu hidup hanya dengan suami dan satu anak perempuan harus ditinggalkan begitu cepat oleh suami tercinta. Ia harus mengurus anak perempuannya sendirian, dengan keadaan kondisi fisik yang sudah kurang mampu dan sering sakit-sakitan.
*Flash back
Hari ini aku diajak oleh bibi untuk menemaninya mengantar paman ke rumah sakit. Aku pergi bersama dengan bibi, abang sepupuku dan paman. Kami pergi menuju rumah sakit tempat paman dirawat beberapa Minggu lalu. Ohh iya paman sebelumnya juga sudah pernah dibawa dirumah sakit, dan dirawat inap selama satu Minggu.
Tapi paman sudah diperbolehkan pulang karena keadaannya sudah lebih baik, dengan catatan tetap beristirahat cukup dan rutin untuk minum obat. Hmm tapi siapa sih yang tidak tahu paman orangnya tidak mau diam, dia pergi ke hutan mencari bambu dan rotan untuk membuat perangkap ikan(bubu), itulah yang menyebabkan penyakit paman kambuh lagi.
Ok ok lanjut ke cerita kami berangkat ke rumah sakit. Sekitar 2 jam dalam perjalanan kami sampai dirumah sakit. Sesampainya di sana kami bertemu dengan satpam dan para medis yang semuanya memakai baju hazmat (pelindung dari virus) serta masker. Yaaa memang karena sekarang masih lagi dalam masa pandemi Covid-19. Semua tenanga medis wajib memakai baju hazmat itu.
Kalian tahu apa yang ada dalam pikiran? Apa yang aku rasakan? Aku takut, yaa takut terinfeksi virus yang mengerikan itu, jadi sewaktu bibi, paman dan Abang sepupuku keluar dari mobil aku tidak mau keluar, yaa karena takut.
Tok tok, “Poppy…”seseorang mengetok kaca mobil dan menyebut namalku dari luar dan yaa aku tahu siapa itu, itu abang sepupuku. Segera aku membuka pintu dan terpaksa keluar dari mobil. “ada apa bang?” tanyaku. ““coba kamu bantu bibi” perintahnya kepadaku.
“Kenapa tidak Abang saja” kataku lagi.“eehh aku kan cuma mengantar kalian” kata dia dengan santainya.“hmmm baiklah……” kataku sambil menarik napas panjang, untuk meyakinkan diri.
Aku pergi nyamperin bibi. “Poppy coba kamu bantu bibi, kata perawatnya untuk mendaftarkan pasien tidak boleh masuk beramai-ramai cuma boleh satu orang saja, kamu juga tahu bibi sudah tua mata sudah tak jelas lagi melihat tulisan, jadi tolong kamu yang mendaftarkan paman yaa” pinta bibi kepadaku.
Disana aku ragu menjawab ya atau tidak. Alasan pertama seperti yang aku bilang tadi aku takut, kedua aku juga baru pertama kali ini mengantarkan orang ke rumah sakit, aku belum paham sama sekali tentang rumah sakit. Sekali lagi aku menarik nafas panjang “hmmmm….. Baiklah bi” jawabku. Aku pergi ke tempat registrasi.
“ada yang bisa saya bantu” tanya seorang petugas registrasi. “Ohh iya saya mau mendaftarkan paman saya” jawabku.“ok, apa paman mbak sudah pernah dirawat di sini?” Tanya petugas itu lagi.“Iya sudah pernah, beberapa minggu yang lalu” kataku.“boleh saya melihat kartu pasiennya” petugas itu meminta sebuah kartu pasien kepadaku.“Ini….”kataku sambil menyodorkan kartu pasien tersebut.
Petugas itu memeriksa dan mencari daftar nama yang dikartu itu di register. Tidak lama kemudian. Dia berkata kepadaku “maaf mbak paman anda harus konsultasi ke dokter spesialisnya, karena memang sebelum keluar dari rumah sakit sudah diberi tahukan juga kepada pihak keluarga”.
Baca Juga: Mgr Agustinus Agus, Sosok Ramah Yang Ku Kagumi
“Jadi bagaimana apakah paman saya bisa daftar untuk rawat inap atau tidak?” tanyaku. “tidak bisa mbak,jadi konsultasi saja, tapi kalo untuk sekarang dokter sudah pulang, jadi mbak datang lagi besok” kata petugas itu. “baiklah terimakasih” kataku sambil meninggalkan tempat itu.
Aku pergi menemui bibi, aku memberitahukan semuanya kepada bibi. Disini kami berembuk. Apakah akan kembali lagi besok kesini atau tidak?. Setelah berembuk-berembuk, keputusannya kami akan pergi menuju rumah seorang dokter yang membuka praktek di rumahnya, yang juga sudah banyak menangani penyakit seperti yang paman derita.
Kami pergi menuju rumah dokter itu, dan sesampainya di sana, dokter itu tidak ada di rumah tapi kata orang rumahnya dia tidak lama lagi pasti datang. Jadi kami menunggu dokter itu, daripada perjalanan kami tidak ada hasilnya sama sekali. Kami menunggunya di warung kopi dekat rumahnya. Kami membeli minum dan Snack.
“makan bubur ya” kata bibi kepada paman sambil mengeluar kan tempat bekalnya. Dengan pelan dan sambil menahan rasa sakit paman menjawab “iya…”. Dan pamanpun makan. Tidak lama kemudian pak dokternya datang. Segera sesudah paman selesai makan, kami pergi menuju rumah dokter itu.
“ehhh sudah lama menunggu ya?” kata pak dokternya dengan ramah. “siapa yang mau berobat?” lanjut beliau. “iya pak dokter, ini suami saya yang mau berobat” kata bibiku menjawab. “ohhh baik mari masuk” kata pak dokternya.bibi dan paman masuk dalam sebuah ruangan pemeriksaan sedangkan kami menunggu diluar.
Pamanpun segera diperiksa dan hasilnya dari pemeriksaan itu menyatakan penyakit paman semakin memburuk paman harus rajin konsultasi, kalo tidak ada kemungkin penyakit paman tidak bisa disembuhkan. “sepuluh hari setelah hari ini harus datang lagi untuk konsultasi, tepatnya tgl 18 yaa sekarang saya kasi obat untuk selama sepuluh hari” kata pak dokternya. “iya, terimakasih pak dokter” kata bibi. Kami pun pulang.
Hari ini hari ke 7 setelah hari itu. 3 hari lagi paman harus konsultasi.
Hari ini hujan deras, mulai pagi sampai sekarang sudah jam 16.00wib belum berhenti juga, masih rintik-rintik. Sekitar jam 17.00 wib datang om ku di rumah membawa kabar bahwa penyakit pamanku kambuh dan semakin parah, oom meminta ayahku ikut bersamanya menuju rumah paman. Dan ayahku pergi bersama oom.
Baca Juga: SALIB YESUS & RATU HELENA
Besoknya pagi-pagi benar datang kakak sepupuku yang rumahnya bertetanggaan dengan rumah paman. Ia datang membawa kabar duka, bahwa paman sudah tiada, disini air mata tidak terbendung. Aku menangis dan teringat waktu aku pergi mengantarnya kerumah sakit.
Aku tidak menyentuh paman sama sekali. Karena kata dokter penyakit paman bisa menular melalui cairan yang keluar dari tubuhnya. Aku sangat menyesal, kenapa aku harus memikirkan itu, harusnya aku bisa berbakti kepada paman, tapi menyesal sudah terlambat. RIP PAMAN✝️




