Penulis: Fr. Romanus Piter, Pr (Peserta Lomba Menulis Opini Sosok Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak)
MajalahDUTA.Com, Pontianak- Mgr. Agustinus Agus adalah orang hebat. Saya mengenalnya sejak beliau menjadi Uskup Sintang. Akan tetapi, saya baru mengenalnya lebih dekat ketika beliau sudah menjadi Uskup Agung Pontianak, tepatnya ketika saya melamar menjadi calon Imam Diosesan Keuskupan Agung Pontianak tahun 2015 silam.
Waktu itu bulan Mei 2015, saya diminta oleh Pastor Alexius Alex selaku Ketua Unio untuk datang ke wisma keuskupan. Ternyata saya diminta untuk memperkenalkan diri kepada Mgr. Agus, sekaligus mengambil surat balasan atas lamaran yang saya kirim beberapa bulan sebelumnya ketika menjalani Topang di Nyarumkop.
BACA: Mgr Agustinus Agus, Sosok Ramah Yang Ku Kagumi
Saat makan malam, saya duduk bersebelahan dengan Mgr. Agus. Dari situ saya mulai terkesan dengan sikap beliau yang amat ramah. Itu pengalaman pertama kali dalam hidup saya makan satu meja dengan Uskup Agung.
Sambil menunggu keberangkatan ke Malang untuk melanjutkan pendidikan calon imam, saya pernah ikut Mgr. Agus merayakan gawai atau tahun baru padi ke kampung asalnya, Lintang Pelaman, Sanggau. Saya melihat beliau sangat akrab dengan umat di kampung, dari anak-anak hingga orang dewasa.
Pada kesempatan lain, ketika kunjungan ke stasi, saya juga melihat Mgr. Agus kerap masak sendiri. Beliau sangat suka masak daging babi dan anjing dengan bumbu khas Dayak andalanya, kandis. Kesempatan itu beliau gunakan untuk membangun komunikasi dengan umat secara lebih dekat. Dengan tampilan sederhana, kaos berkerah atau oblong dan celana pendek, membuat beliau sangat dekat dengan umatnya yang kerap bekerja di belakang atau dapur.
BACA: SOSOK USKUP AGUNG PONTIANAK, MGR. AGUSTINUS AGUS
Ketika saya sudah di Malang, Mgr. Agus selalu menyempatkan diri untuk bertemu para fraternya. Hal itu beliau lakukan saat menghadiri rapat para uskup di Seminari Giovanni dan setelah rapat KWI di Jakarta. Bagi saya, pengalaman dikunjungi oleh Bapa Uskup adalah peristiwa yang sangat menggembirakan. Pengalaman itu saya maknai layaknya seorang bapa mengunjungi anak-anaknya.
Dalam kunjungannya itu, Mgr. Agus kerap menceritakan dinamika perkembangan Keuskupan Agung Pontianak. Yang tidak kalah penting adalah beliau selalu mendukung kami agar selalu bersemangat menjalani studi di kampus dan pembinaan di seminari. Tak jarang, Mgr. Agus menceritakan kisah-kisahnya selama kuliah dulu untuk memotivasi kami.
Mgr. Agus juga selalu mengingatkan kami bahwa menjadi imam itu adalah untuk semua umat tanpa memandang kelas, status dan jabatan. Itulah sebabnya, di samping beliau dekat dengan para pejabat pemerintah dan pemuka-pemuka agama lain, beliau juga tidak melupakan umat-umat di kampung yang bekerja sebagai petani dan buruh kasar. Tak heran pula ketika berkunjung ke stasi, Mgr. Agus kerap masak bersama bapak-bapak dan ibu-ibu di dapur. Tujuannya hanya satu, supaya beliau bisa mengenal lebih dekat domba-dombanya.
BACA: MGR. AGUSTINUS AGUS: GEMBALA PEDULI YANG BANYAK MELAHIRKAN KARYA
Salah satu cara Mgr. Agus mengumpulkan dan membuat umat bahagia adalah dengan musik. Hampir setiap kunjungan ke paroki atau stasi, Mgr. Agus selalu membawa grup musik Komsos dan dia sendiri yang menyanyi dengan pantun-pantun andalannya. Dengan alunan musik dan pantunnya itu, semua umat dari anak-anak sampai orang dewasa bergembira bersama beliau.
Dari pengalaman-pengalaman itu, saya melihat Mgr. Agus adalah gembala yang bijaksana dan rendah hati bagi umatnya. Beliau tahu bagaimana cara membangun relasi supaya dekat dengan umat dan membuat umat senang. Itulah salah satu kunci Mgr. Agus dalam menggembalakan umat Keuskupan Agung Pontianak.